Situbundo – Gempa tektonik yang terjadi di wilayah timur laut Situbondo, Jawa Timur (Jatim), Kamis (11/10) menarik perhatian bagi para ahli kebumian terkait kajian gempa dan identifikasi sesar aktif baru di dasar laut.
Deputi Bidang Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dr Ir Muhamad Sadly MEng mengatakan, berdasarkan sejarah kegempaan, zona ini masuk kawasan seismisitas rendah (low seismicity). Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, tampak bahwa gempa yang terjadi jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar lokal di dasar Laut.
Adapun hasil analisis mekanisme sumber gempa menunjukkan gempa ini dibangkitkan adanya deformasi batuan kerak dangkal dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Melihat mekanisme sumber yang terjadi dan arah jurus sesar (strike) gempa ini tampak ada kemiripan mekanisme sumber dengan gempa-gempa terjadi di utara Bali, Lombok, Sumbawa, dan Flores. “Apakah gempa ini memiliki kaitan langsung dengan aktivitas Sesar Naik Flores, kita masih akan lakukan kaji dan analisis lebih lanjut,” kata Sadly.
Pada Kamis (11/10), pukul 01.44.57 WIB, terjadi gempa di laut berkekuatan M=6,0 skala Richter (SR). Episenter gempa terletak pada koordinat 7,46 LS dan 114,44 BT atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 56 km arah timur laut Kota Situbondo, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur. Gempa berada di kedalaman 12 kilometer.
Berdasarkan informasi dari GeoForschungsZentrum (GFZ) Jerman, pusat gempa berada pada koordinat 7,49 LS dan 114,46 BT, dengan magnitudo 6,0 Mw, di kedalaman 10 kilometer. The United States Geological Survey, Amerika Serikat, melaporkan pusat gempa berada pada koordinat 7,449 LS dan 114,443 BT, dengan magnitudo 6,0 dan kedalaman 10 kilometer.
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) menyebutkan, pusat gempa berada di laut, di perairan utara Situbondo. Daerah terdekat dengan pusat gempa, umumnya disusun batuan vulkanik berumur Tersier hingga Kuarter.
Guncangan gempa bumi akan terasa lebih kuat di daerah yang disusun oleh batuan gunungapi berumur Kuarter dan batuan berumur Tersier yang telah mengalami pelapukan kuat karena bersifat urai dan mengamplifikasi guncangan gempa bumi.
Guncangan gempa dilaporkan dirasakan di Pulau Madura, Jawa Timur dan Bali. Di Pulau Sapudi dan Kalianget Kabupaten Sumenep guncangan gempa dirasakan dalam skala intensitas IV-V MMI. Di Situbondo, Banyuwangi, dan Jembrana Bali Barat gempa dirasakan dalam skala intensitas III-IV MMI, Sedangkan di Denpasar, Kuta, dan Nusa Dua dirasakan dalam skala intensitas III MMI.
Gempa ini dilaporkan telah menimbulkan kerusakan beberapa rumah di Pulau Sapudi. Jika memperhatikan rumah-rumah yang mengalami kerusakan, tampak bahwa bangunan tersebut tidak memiliki struktur yang tahan goncangan gempa.
Hingga pukul 05.30 WIB dilaporkan banyak kerusakan bangunan rumah terjadi di Kecamatan Bluto, Kecamatan Kalianget, Kecamatan Batang-Batang dan Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep. Selain itu kerusakan beberapa rumah juga dilaporkan terjadi di Kabupaten Jembrana, Bali Barat. Sementara Candi Bentar yang terdapat di Jembrana, juga dilaporkan mengalami kerusakan akibat gempa ini.
Akibat gempa ini menewaskan tiga orang di Dusun Jambusok Desa Prambanan, Kecamatan Gayam, Kabupaten Sumenep.
Hingga pukul 08.00 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi 14 aktivitas gempa susulan (aftershock).
Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi tidak berpotensi tsunami.*
Komentar tentang post