Darilaut – Desain dan prototipe geopolimer sebagai media tumbuh terumbu karang ramah lingkungan saat ini sedang dikembangkan sejumlah peneliti.
Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini mengembangkan teknologi geopolimer sebagai alternatif dalam pembuatan bangunan beton tanpa menggunakan semen. Kelompok riset ini menggunakan keramik fungsional kreatif.
Sejak ditemukan Joseph Davidovits tahun 1978, banyak penelitian geopolimer sebagai bahan campuran bangunan dan konstruksi yang ramah lingkungan.
Salah satunya dilakukan peneliti dan anggota Simposium Geopolimer, Ufafa Anggarini. Mengutip Uisi.ac.id, Ufafa mendalami aplikasi geopolimer untuk beton pemecah gelombang laut.
Bersama tim penliti lainnya, Ufafa menemukan geopolimer dengan kekuatan tekan 100MPa, jika dibandingkan dengan beton biasa hanya 20MPa. Pemecah gelombang yang sudah dibuat ini diuji lebih lanjut dengan gelombang laut sesungguhnya.
Aplikasi geopolimer lainnya yang diteliti untuk bata ringan sebagai mitigasi bencana dan media tanam.
Ufafa berhasil menghilangkan sifat basa dari geopolimer dan mengaplikasikannya sebagai media tanam. Hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan di seminar simposium geopolimer se-Asia di Vietnam.
Geopolimer gencar diteliti sebagai material baru. Bahan utamanya berasal dari mineral geologi berbasis silikon yang disintesis menjadi polimer.
Ufafa yang juga dosen Teknik Kimia di Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) mengatakan geopolimer memiliki rantai panjang, salah satu unsur pembentuknya adalah silikon dan alumina yang berikatan dengan oksigen.
Penelitian lainnya geopolimer untuk bahan penampungan logam berat. Bahan ini akan bertahan lama karena bahan dari logam berat akan memperkuat geopolimer.
Sementara itu, Riswati.B, Nurhayati dan Subaer dari Universitas Negeri Makassar juga telah mengembangkan beton geopolimer berbasis fly ash dan abu sekam padi untuk aplikasi struktur bawah laut. Penelitian ini telah dipublikasi di Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika (JSPF) pada 2017.
Penelitian bahan dasar fly ash dan abu sekam padi untuk aplikasi struktural bawah laut dilakukan dengan mensintesis sampel beton geopolimer dengan berbagai variasi yang diaktivasi dengan larutan alkali.
Larutan alkali terdiri atas (H2O, sodium silika dan NaOH). Sampel yang telah disintesis tersebut disimpan pada ruang terbuka selama 14 hari. Kemudian dilakukan perendaman air laut selama 14 hari.
Uji kuat tekan untuk melihat kekuatan mekanik dari sampel setelah perendaman air laut pada 28 hari.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil karakterisasi Scanning Elektron Microskopy (SEM) menunjukkan ikatan atau jaringan yang sudah terbentuk dengan baik antara partikel fly ash dan abu sekam padi.
Hasil karakterisasi XRD memperlihatkan bahwa sampel tersebut didominasi oleh mineral silika dan alumina. Terlihat adanya fase chlorine oxide sekitar 3% yang berasal dari air laut, sehingga pengaruh air laut sangat kecil pada masa perendaman.
Adapun hasil kuat tekan maksimum yang diperoleh pada perbandingan FA:ASP sebesar (80: 20)% yaitu 59.92 MPa.
Data yang diperoleh memenuhi syarat minimum nilai kuat tekan beton tahan sulfat yaitu 31 MPa. Sehingga beton geopolimer ini layak digunakan sebagai material struktural bawah laut.
Sintesis semen geopolimer berbahan dasar abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi juga telah diteliti oleh Athanasius P. Bayuseno, Susilo Adi Widyanto dan Juwantono dari Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.
Letusan gunung Merapi di Jawa-Tengah menghasilkan banyak mineral vulkanik di mana bahan ini sangat potensial sebagai bahan dasar geopolimer yang murah.
Penelitian ini telah dipublikasi di Jurnal Teknik Mesin, Rotasi, pada 2010. Dari hasil pengujian beberapa sintetik sampel berbasis abu vulkanik dapat diperoleh beberapa kesimpulan antara lain:
Pertama, abu vulkanik memiliki komposisi kimia SiO2 dan Al2O3 yang paling dominan, sehingga abu vulkanik Gunung Merapi ini layak digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat material geoplimer.
Kedua, berdasarkan pembuatan material geopolimer berbahan dasar abu vulkanik pada penelitian ini di dapatkan nilai kuat tekan yang paling optimum yaitu 16,81 MPa dengan pelakuan suhu pemasan 80 oC dan lama pemanasan 12 jam serta umur material 30 hari. Material geopolimer berbahan dasar abu vulkanik ini layak untuk di aplikasikan sebagai batako (bata tras kapur).
Ketiga, berdasarkan pengujian XRD pada material geopolimer senyawa yang paling tinggi didominasi oleh senyawa Albite dan fasa gelas.
Komentar tentang post