KABAR kematian paus pembunuh J50, dikenal dengan panggilan Scarlet, memberi isyarat pentingnya mangsa alami. Putusnya rantai makanan, telah menyebabkan beberapa paus orca mengalami kekurangan nutrisi dan terganggunya reproduksi.
Seperti yang dialami J50. Upaya berbagai pihak telah dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup J50.
Namun, kondisi J50 tidak membaik. Di dalam kelompok J16, J50 sering terlihat tertinggal, di belakangan anggota keluarganya.
Dalam siaran pers yang dikeluarkan Pusat Penelitian Paus (The Center for Whale Research, CWR), 13 September 2018, J50 terakhir kali terlihat pada 7 September. Sejumlah ilmuwan dan peneliti, termasuk NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) masih sempat melihat J50.
Setelah itu, J50 tidak terlihat lagi. Sementara anggota keluarganya J16 semuanya masih ada. Upaya pencarian telah dilakukan selama tiga hari, tidak membuahkan hasil.
J50 hilang dan dianggap sudah mati. Selama tiga bulan, J50 telah menjadi perhatian internasional. Bukan hanya soal kekurangan makanan, sistem reproduksi paus pembunuh tidak lagi berfungsi dengan baik.
Kematian J50 memberikan indikasi makanan alami mereka, salmon Chinook, tidak tersedia lagi di laut. Berkurangnya salmon Chinook ini tidak lain karena pembangunan bendungan besar LSRD (Lower Snake River Dams).
Pembangunan bendungan ini telah memutus cara alami salmon Chinook berkembang biak. Selain itu, salmon Chinook berkurang karena penangkapan berlebihan, polusi bahan kimia beracun di sungai dan pengembangan industri serta pertanian.
Dalam dua bulan terakhir ini terjadi dua peristiwa tragis dalam keluarga paus orca. Pada 24 Juli J35/Tahlequah, melahirkan anak betina. Hanya setengah jam, anaknya mati. Selama dua minggu J35 membawa anaknya yang sudah mati.
Kemudian, September ini, J50 (keluarga J16) tidak terlihat lagi. “Saya pikir dia sudah pergi,” kata Ken Balcomb dari Pusat Penelitian Paus. Pusat penelitian ini telah mempelajari paus pembunuh sejak 1976.
Kondisi J50
2 Agustus: Para ahli menilai kondisi kesehatan J50.
9 Agustus: J Pod berada di perairan Kanada dan menuju ke perairan AS dekat Pulau San Juan. Meskipun sangat kurus dan kecil, J50 tetap dengan ibu dan saudara kandungnya.
10 Agustus: J pod pindah ke perairan Kanada. Tim melihat J50 berulang kali menyelam.
11 Agustus: Tim mengawasi J50 yang berinteraksi dengan anggota J pod lainnya. Sampel tinja dikumpulkan.
17 Agustus: Hasil tes pengujian dari sampel yang dikumpulkan dari J50 terdapat parasit nematoda. Umumnya parasit ini ditemukan pada paus pembunuh dan mamalia laut lainnya. Cacing ini biasanya bukan masalah pada hewan yang sehat. Namun, pada hewan yang kurus, parasit dapat menembus lapisan lambung, dapat membawa infeksi bakteri ke aliran darah atau membebani organ dalam.
4 September: Ahli biologi mengamati dan mencatat J50 sangat aktif dan terlibat dengan J Pod lainnya, meski kondisinya sangat kurus. J50 tetap dekat dengan ibunya, J16. Dokter hewan Dr Martin Haulena dari Aquarium Vancouver memberikan J50 dosis antibiotik dengan menggunakan anak panah.
6 September: Tim mengambil sampel tinja dari kelompok kecil paus J Pod, termasuk J50. Berdasarkan analisis genetik, sampel ini menunjukkan adanya cacing parasit.
8 September: J50 terlihat tertinggal setengah mil hingga satu mil di belakang anggota kelompok keluarganya yang lain. Kondisi tubuhnya tidak membaik. Dia kehilangan berat badan dan terlihat sangat kurus.
11 September: NOAA Fisheries dan mitra berupaya mengambil tindakan untuk menyelamatkan J50.
13 September: J50 belum terlihat dalam beberapa hari. Tim melakukan pencarian, namun belum juga ditemukan.*
Sumber: The Center for Whale Research dan NOAA Fisheries
Komentar tentang post