Darilaut – Gerhana bulan total, hari ini Selasa (8/11), dapat diamati di sejumlah wilayah Indonesia dengan fase yang berbeda-beda.
Seperti yang dapat dilihat pada gambar, daerah yang tepat terlewati oleh garis U1, U2, dan Puncak, berarti waktu terbit Bulan bersamaan dengan terjadinya fase-fase gerhana tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa pengamat yang berada di sebelah Barat garis-garis itu tidak akan dapat mengamati fase-fase awal gerhana.
Namun dapat mengamati fase-fase berikutnya, saat Bulannya telah di atas horizon ketika peristiwa-peristiwa itu terjadi.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pengamat yang berada di barat garis U1, yaitu di Papua, Papua Barat, sebagian Maluku Utara, dan sebagian Maluku akan mendapati Bulan sudah dalam fase gerhana penumbra pada saat Bulannya terbit. Selanjutnya, akan dapat mengamati Gerhana Bulan Total hingga gerhana berakhir.
Pengamat yang berada di antara garis U1 dan U2, yaitu di sebagian Maluku, sebagian Maluku Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, NTT, NTB, Bali, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, sebagian besar Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Barat, dan sebagian Jawa Timur akan dapat mendapati Bulan sudah dalam fase gerhana sebagian pada saat Bulannya terbit. Selanjutnya, dapat mengamati gerhana hingga gerhananya berakhir.
Pengamat yang berada di antara garis Puncak dan U2, yaitu di sebagian kecil Kalimantan Tengah, sebagian besar Kalimantan Barat, sebagian besar Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, Lampung, Sumatera Selatan, sebagian Bengkulu, Bangka Belitung, sebagian besar Jambi, sebagian kecil Sumatera Barat, sebagian besar Riau, dan Kepulauan Riau akan dapat mengamati fase gerhana total hingga gerhana berakhir.
Bulan dalam fase gerhana total saat Bulan sedang terbit akan didapati oleh pengamat yang berada di antara garis Puncak dan U3, yaitu di sebagian kecil Bengkulu, sebagian kecil Jambi, sebagian besar Sumatera Barat, sebagian kecil Riau, Sumatera Utara, dan Aceh untuk selanjutnya akan dapat mengamati Gerhana Bulan Total 8 November 2022 hingga gerhana berakhir.
Berdasarkan urutan waktu kejadian, Gerhana Bulan Total hari ini sebagai berikut:
Gerhana mulai (P1) 15.00.38 WIB, 16.00.38 WITA dan 17.00.38 WIT.
Gerhana Sebagian mulai (U1) 16.08.59 WIB, 17.08.59 WITA, dan 18.08.59 WIT.
Gerhana Total mulai (U2) 17.16.19 WIB, 18.16.19 WITA dan 19.16.19 WIT.
Puncak Gerhana (Puncak) 17.59.11 WIB, 18.59.11, WITA dan 19.59.11 WIT.
Gerhana Total berakhir (U3) 18.42.03 WIB, 19.42.03 WITA dan 20.42.03 WIT.
Gerhana Sebagian berakhir (U4) 19.49.22 WIB, 20.49.22 WITA dan 21.49.22 WIT.
Gerhana berakhir (P4) 20.57.43 WIB, 21.57.43 WITA dan 22.57.43 WIT.
Dari data waktu kejadian tersebut dapat diketahui bahwa durasi gerhana dari fase Gerhana mulai (P1) hingga Gerhana berakhir (P4) adalah 5 jam 57 menit 5 detik.
Adapun durasi parsialitas, yaitu lama waktu dari fase Gerhana Sebagian mulai (U1) hingga Gerhana Sebagian berakhir (U4) terjadi selama 3 jam 40 menit 23 detik.
Durasi Totalitas Gerhana Bulan Total 8 November 2022 ini akan berlangsung selama 1 jam 25 menit 44 detik.

Pasang Air Laut
Salah satu yang perlu diwaspadai saat terjadi Gerhana Bulan Total adalah dampak terhadap naiknya permukaan laut.
Peneliti Pusat Riset Antariksa Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang, mengatakan, dampak dari Gerhana Bulan Total bagi kehidupan manusia adalah pasang (naik) air laut yang lebih tinggi dibandingkan dengan hari-hari biasanya ketika tidak terjadi gerhana, Purnama maupun Bulan Baru.
Gerhana Bulan Total adalah fenomena astronomis ketika seluruh permukaan Bulan memasuki bayangan inti (umbra) Bumi. Hal ini disebabkan oleh konfigurasi antara Bulan, Bumi dan Matahari membentuk garis lurus.
Menurut Andi Gerhana Bulan Total kali ini, pada 8 November 2022 dengan durasi total selama 1 jam 24 menit 58 detik dan durasi umbral (sebagian + total) selama 3 jam 39 menit 50 detik.
Lebar gerhana bulan total kali ini sebesar 1,3589 dengan jarak pusat umbra ke pusat Bulan sebesar 0,2570. Gerhana ini termasuk ke dalam gerhana ke-20 dari 72 gerhana dalam Seri Saros 136 (1680-2960).
Saat Bulan memasuki umbra, warna umbra cenderung hitam. Seiring Bulan seluruhnya berada di dalam umbra, warna Bulan akan menjadi kemerahan. Hal ini dikarenakan oleh mekanisme Hamburan Rayleigh yang terjadi pada atmosfer Bumi.
Andi mengatakan hamburan Rayleigh yang terjadi ketika gerhana Bulan sama seperti mekanisme ketika Matahari maupun Bulan tampak berwarna kemerahan saat berada di ufuk rendah dan langit yang mempunyai rona jingga ketika Matahari terbit maupun terbenam.
Spektrum dengan panjang gelombang lebih pendek seperti ungu, biru dan hijau dihamburkan ke angkasa lepas, sedangkan spektrum dengan panjang gelombang lebih panjang seperti merah, jingga dan kuning diteruskan ke pengamat.
Saat gerhana, tidak ada cahaya Matahari yang dapat dipantulkan oleh Bulan sebagaimana ketika fase Bulan Purnama.
Gerhana dapat berwarna menjadi lebih kecokelatan bahkan hitam pekat jika partikel seperti debu vulkanik ikut menghamburkan cahaya.
Gerhana Bulan Total yang dapat teramati di Indonesia untuk satu dekade berikutnya akan terjadi pada 8 September 2025, 3 Maret 2026, Malam Tahun Baru 2029, 21 Desember 2029, 25 April 2032 dan 18 Oktober 2032.
Komentar tentang post