Darilaut – Ahli dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University Dr Lucky Adrianto, mengusulkan pentingnya mendorong monitoring perikanan tuna dengan indikator sosial ekonomi pada 2022-2024 di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 573.
Menurut Lucky indikator sosial ekonomi perikanan tuna neritik di WPP 573 Provinsi Jawa Barat harus diperbaiki. Status sosial ekonomi neritik tuna masih ada konflik yang dipicu dinamika alat penangkapan.
Namun demikian, konflik dapat diselesaikan dengan baik dan status ekonomi ternyata memiliki dukungan yang bagus.
Hal ini karena kepemilikan aset dari tuna neritik naik 50 persen dalam lima tahun terakhir. Tidak hanya itu, pendapatan rumah tangga dalam perspektif lebih tinggi dari UMR juga dinilai cukup baik.
Namun, perilaku nelayan skala kecil dalam hal saving ratio masih rendah, tetapi tidak spesifik untuk tuna.
Dari aspek kelembagaan, pengelolaan perikanan tuna masih bervariasi dan tergolong rendah. Dalam konteks formalisasi dan aturan di bawahnya masih belum terlalu baik.
Monitoring dengan indikator sosial ekonomi tersebut harus didorong daripada basis ekologi. Terdapat tiga level indikator berdasarkan sosial ekonomi, yakni indikator level negara, kemudian indikator level komunitas,dan indikator level operasi bisnis.
Lucky mencontohkan, di level negara peran penting neritik tuna dalam konteks Regional Fisheries Management Organizations (RFMOs) mesti didukung bukan hanya berdasarkan riwayat penangkapan. Hal ini dapat menjadi salah satu input dalam negosiasi RFMOs.
Selain itu, terdapat pokok pemikiran 4R dalam perikanan tuna. Konsep 4R dalam perikanan tuna memiliki empat dimensi yakni produser, prosesor, konsumen, pemilik sumber daya tuna. Indonesia harus memiliki prospek tuna terbaik dan harus bisa menguasai keempatnya.
Berdasarkan perspektif dinamika, kata Lucky, Provinsi Jawa Barat di WPP 573 dinilai lebih menjanjikan dibanding WPP 712. Sementara itu,dari sisi dimensi biodiversita, jumlah tangkapan di WPP 573 lebih banyak daripada 712.
Dalam Webinar Pengembangan Sistem Monitoring dan Evaluasi Sosial Ekonomi Perikanan Tuna oleh Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBRSEKP), Rabu (15/12) pekan lalu, Lucky mengatakan hasil tangkapan neritik tuna banyak didaratkan di Pelabuhan Ratu.
Terdapat lima jenis tuna hasil tangkapan dengan payang dan gillnet. Jenis tuna tersebut antara lain adalah tenggiri, tongkol krai, tongkol abu-abu, tongkol komo, dan tongkol lisong.
“Tingkat risiko kerentanan ekologi dan ekonomi tuna neritik di perairan pelabuhan ratu masih rendah karena nilai kerentanannya di bawah 1,8. Ini menunjukkan bahwa masa depan perikanan tuna di 573 khususnya di sekitar kawasan pelabuhan ratu relatif tinggi,” kata Lucky seperti dikutip dari Ipb.ac.id, Senin (20/12).
Dengan fokus pada WPP 573 dalam monitoring perikanan tuna di Provinsi Jawa Barat, diharapkan dapat diterima secara nasional.
Komentar tentang post