BRIN sendiri mewakili Indonesia di bawah payung UNESCO dalam perencanaan dan pengelolaan ruang laut dan sumberdaya di dalamnya melalui Komisi Oseanografi antar Pemerintah (IOC-UNSCO).
Terkait peran tersebut, BRIN telah mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang mendesak di antaranya, perlunya observasi laut secara real-time dan jangka panjang, koordinasi dengan negara tetangga untuk observasi.
Selain itu, pengurangan risiko bencana hidrometeorologi, isu slow-on-set disaster seperti kenaikan permukaan laut dan global warming, menghadirkan riset dan inovasi untuk manajemen, perlindungan, dan pembangunan berkelanjutan lingkungan laut, serta menjalin kerja sama regional ataupun internasional.
Mengenai ketersediaan data hasil pemantauan kelautan, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, mengatakan, di Indonesia keberadaan data pemantauan kelautan masih sangat minim.
Untuk itu, perlu kolaborasi lintas organisasi tidak hanya orang-orangnya saja, tetapi juga data dari masing-masing instansi yang dimiliki harus dikolaborasikan.
“Selain itu satu tantangan yang cukup berat bahkan sampai hari ini belum terpecahkan adalah keberlanjutan data,” kata Dwikorita.
Meskipun data sudah ada, tetapi penyebar luasan data seharusnya tidak ada keterlambatan, kata Dwikorita, “seharusnya kita butuh data real time.”