Kamis, Desember 7, 2023
Beri Dukungan
redaksi@darilaut.id
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Bisnis dan Investasi
    • Pemilu & Pemilihan
    • Kesehatan
  • Eksplorasi
  • Kajian
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
    • Orca
    • Hiu Paus
    • Biota Eksotis
  • Cek Fakta
  • Iklim
  • Advertorial
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Bisnis dan Investasi
    • Pemilu & Pemilihan
    • Kesehatan
  • Eksplorasi
  • Kajian
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
    • Orca
    • Hiu Paus
    • Biota Eksotis
  • Cek Fakta
  • Iklim
  • Advertorial
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Home Berita

Indonesia Berada di Pusaran Perdagangan Satwa Liar Dunia

redaksi
11 Mei 2021
Kategori : Berita
0
Lewat Jalur Laut Davao-Bitung, 91 Satwa Langka Dipulangkan ke Indonesia

Satwa langka asal Indonesia yang diselundupkan ke Filipina. FOTO: KEMLU

Darilaut – Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University Prof Ronny Rachman Noor, mengatakan, Indonesia berada di pusaran perdagangan satwa liar dunia.

Menurut Ronny, hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia tercatat sebagai salah satu eksportir produk satwa liar terbesar dunia bersama dengan Jamaica dan Honduras. Amerika, Perancis dan Italia tercatat sebagai negara importir produk satwa liar terbesar dunia.

Tidak hanya itu, kata Prof Ronny, perdagangan satwa liar juga diduga merupakan penyebab utama kelangkaan dan kepunahan spesies dan juga merupakan salah satu jalur penularan dan penyebaran penyakit ke berbagai belahan dunia.

Beberapa data di antaranya hasil studi yang diterbitkan di jurnal bergengsi dunia, Science, memperlihatkan bahwa pusat perdagangan satwa liar utama seperti burung, mamalia dan amfibi terjadi di wilayah pegunungan Andes dan hutan hujan Amazon, sub-Sahara Afrika, Asia Tenggara dan Australia.

Hasil penelitian tersebut juga mengidentifikasikan bahwa di masa mendatang, ada sekitar 3.000 spesies lain yang tampaknya akan diperdagangkan terutama satwa liar yang memiliki bulu yang cerah atau tanduk yang eksotis.

Menurut Ronny, hasil penelitian yang dipublikasikan di Science Advances belum lama ini menunjukkan bahwa skala perdagangan satwa liar sangat besar. Sebagai gambaran dari tahun 2006 hingga 2015 telah diperdagangkan sebanyak 1,3 juta hewan dan tumbuhan hidup, 1,5 juta kulit, dan 2.000 ton daging satwa liar diekspor secara legal dari Afrika ke Asia.

“Jadi dapat kita bayangkan jika data perdagangan satwa liar digabungkan maka skala perdagangan satwa liar dunia ini sangatlah besar,” kata prof Ronny seperti dikutip dari Ipb.ac.id, Senin (10/5).

Ronny mengatakan, semakin besarnya jurang kemiskinan antara negara kaya dan miskin menjadi pemicu terjadinya perdagangan satwa liar ilegal antar negara yang semakin marak.

Sebagian besar aliran perdagangan satwa liar ini berasal dari negara miskin yang memasok satwa liar ke negara kaya.

Perdagangan satwa liar baik secara legal maupun ilegal merupakan lingkaran setan yang tidak pernah berujung. Ada satu pihak yang membutuhkan –umumnya tinggal di negara maju yang sejahtera– dan ada pihak lain dengan berbagai alasan, utamanya alasan ekonomi, melakukan perdagangan satwa liar ini –umumnya negara miskin dan negera sedang berkembang.

Advertisement

Dugaan bahwa virus Covid-19 berasal dari pasar basah perdagangan satwa liar untuk konsumsi di Wuhan, Tiongkok menunjukkan sisi lain bahwa perdagangan satwa liar tidak saja berdampak pada kelangkaan.

Bahkan kepunahan satwa liar yang dapat bersifat fatal dengan merebaknya penyakit baru yang belum pernah ada sebelumnya.

Saat ini Indonesia memang menjadi sorotan dunia dalam hal perdagangan satwa liar ini. Berbagai upaya pencegahan dan penindakan memang telah dilakukan.

Namun tampaknya perdagangan satwa liar ini masih marak baik untuk kebutuhan konsumsi maupun dipelihara sebagai hewan eksotik.

“Di pasar-pasar hewan, kita masih dapat melihat bagaimana satwa liar yang dilindungi masih diperdagangkan dengan leluasa,” katanya.

Dalam memecahkan rantai perdagangan satwa liar ini, perjanjian pelarangan perdagangan antar negara saja tampaknya belum cukup. Mengingat salah satu faktor pemicunya adalah masalah ekonomi.

Baca Juga

Badai Jasper Diperkirakan Akan Mendarat di Pantai Queensland, Australia

10 Orang Korban Banjir dan Longsor di Humbang Hasundutan Masih Dalam Pencarian

Kemiripan Potensi Wisata Budaya Kota Gorontalo dan Ternate

Oleh sebab itu dalam melakukan perjanjian ini, faktor ekonomi harus dimasukkan dalam perjanjian.
Melarang dan menghukum saja tidak akan memecahkan masalah karena akar permasalahan yang memicu pelaku melakukan perdagangan satwa liar ini adalah masalah ekonomi.

Menurut Ronny Indonesia yang dikenal sebagai negara mega biodiversity perlu melakukan upaya keras agar dapat mengurangi perdagangan satwa liar terutama yang dilindungi dengan status langka.

Jika hal ini tidak serius dilakukan maka dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama, status mega biodiversity ini akan hilang dan tentunya akan merusak reputasi Indonesia di tatanan internasional.

Ronny mengatakan Indonesia memang masih memiliki hutan. Namun satwa liar penghuni hutan secara pasti akan menghilang jika tidak dilakukan tindakan penegakan hukum yang serius dan juga pemenuhan kebutuhan masyarakat di sekitar hutan agar menjadi bagian dalam melakukan pelestarian satwa liar.

Tags: BiodiversityIPB UniversitySatwa Liar
Bagikan1Tweet1KirimKirim

Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia

Berhenti Berlangganan
Dukungan darilaut.id : https://saweria.co/darilautID
Previous Post

Peredaran Satwa Liar di Jabodetabek Sangat Tinggi

Next Post

Jarang Diteliti, Kelompok Macaca hecki Terlihat di Tibawa

Postingan Terkait

Badai Jasper Diperkirakan Akan Mendarat di Pantai Queensland, Australia

Badai Jasper Diperkirakan Akan Mendarat di Pantai Queensland, Australia

7 Desember 2023
10 Orang Korban Banjir dan Longsor di Humbang Hasundutan Masih Dalam Pencarian

10 Orang Korban Banjir dan Longsor di Humbang Hasundutan Masih Dalam Pencarian

6 Desember 2023

Kemiripan Potensi Wisata Budaya Kota Gorontalo dan Ternate

15 Pendaki Terkonfirmasi Tewas di Gunung Marapi

18 Pendaki Gunung Marapi Masih Dalam Pencarian

COP28, Lebih 60 Negara Menandatangani Ikrar Mengurangi Dampak Iklim Dari Sektor Pendingin

Pendinginan Bertanggung Jawab Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca Global

BMKG dan Uni Emirat Arab Menandatangani Kerja Sama Bidang Meteorologi dan Geofisika

Next Post
Jarang Diteliti, Kelompok Macaca hecki Terlihat di Tibawa

Jarang Diteliti, Kelompok Macaca hecki Terlihat di Tibawa

Komentar tentang post

TERBARU

Panitia Pemilihan Calon Dekan Serahkan Dokumen Kepada Rektor UNG

Badai Jasper Diperkirakan Akan Mendarat di Pantai Queensland, Australia

Calon Dekan di UNG Proses Pengambilan Nomor Urut

10 Orang Korban Banjir dan Longsor di Humbang Hasundutan Masih Dalam Pencarian

Kemiripan Potensi Wisata Budaya Kota Gorontalo dan Ternate

15 Pendaki Terkonfirmasi Tewas di Gunung Marapi

Dukungan

Beri Dukungan disini : https://saweria.co/darilautID

REKOMENDASI

39 Tahun World Whale Day, Pesan untuk Perlidungan Mamalia Laut

Kerongkongan Paus Bryde Tak Cukup untuk Menelan Manusia

Kapal Kargo Felicity Ace Bawa 4.000 Mobil Mewah Tenggelam di Samudra Atlantik

AMSI Gorontalo Tanam Pohon Untuk Ruang Terbuka Hijau

Menteri Desa dan Ketua BPK Hadiri Regional Meeting Teluk Tomini dan Maluku Utara

Kapal Pesiar Jerman Berhenti Operasi, 1477 ABK Indonesia Kembali ke Indonesia

Tags

Samudra Pasifik Perubahan Iklim BRIN BNPB gorontalo Bibit Siklon Tropis BPBD Universitas Negeri Gorontalo Basarnas JTWC Ditjen Perhubungan Laut Siklon Tropis AMSI Virus Corona LIPI Covid-19 KLHK Kemenhub BMKG Banjir sampah plastik TNI Angkatan Laut teluk tomini Jepang KKP

Kategori

  • Advertorial
  • Berita
  • Biota Eksotis
  • Bisnis dan Investasi
  • Cek Fakta
  • Eksplorasi
  • Hiu Paus
  • Ide & Inovasi
  • Iklim
  • Kajian
  • kategori
  • Kesehatan
  • Konservasi
  • Laporan Khusus
  • Orca
  • Pemilu & Pemilihan
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Travel
  • Video

About

  • Tentang
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Terms of Use
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Trustworthy News Indicators
Dari Laut

darilaut.id

Menginformasikan berbagai perihal tentang laut, pesisir, ikan, kapal, berita terkini dan lain sebagainya.

redaksi@darilaut.id
+62 851 5636 1747

© 2023 DARILAUT - Berita terbaru dan terkini hari ini - darilaut.id.

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Pemilu & Pemilihan
  • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Cek Fakta
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Travel
  • Iklim
  • Advertorial

© 2023 DARILAUT - Berita terbaru dan terkini hari ini - darilaut.id.

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.