PADA Minggu (23/12) sejumlah instansi mengadakan rapat koordinasi (Rakor) terkait dengan bencana tsunami Selat Sunda. Rapat ini dihadiri Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Informasi Geospasial (BIG), BPPT, LIPI, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Hasil Rakor tersebut dituangkan dalam siaran pers bersama sebagai berikut:
Pertama, bencana di Selat Sunda saat ini merupakan bencana multievent yang diakibatkan gelombang tinggi, tsunami, erupsi gunung api dan longsor tebing kawah Gunung Anak Krakatau yang memicu tsunami.
Kedua, BMKG siap untuk mem-back-up peringatan dini tsunami akibat langsung ataupun tidak langsung dari erupsi gunung api yang dipantau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (Badan Geologi). Sehingga BMKG perlu untuk mendapat akses data gempa-gempa vulkanik yang ada di sistim peringatan dini Pusat Vulkanologi.
Ketiga, pada 23 Desember 2018, jam 18:30 s/d 21:00 WIB, telah dilaksanakan rapat koordinasi dengan agenda pembahasan kejadian Tsunami tanggal 22 Desember 2018 di Selat Sunda. Peserta rapat: Kemenko Kemaritiman, BMKG, BIG, BPPT, LIPI, dan Badan Geologi ESDM. Berdasarkan data-data yang dihimpun dihasilkan kesepakatan bersama:
Komentar tentang post