Peralatan tersebut banyak kelemahan, selain terlalu panjang, peralatan ini berat karena terbuat dari besi biasa.
Karena tidak efektif, Amini mulai mengidentifikasi dan membuat jaket tuna sendiri.
Setiap kali meluat, Amini mencoba desain baru tersebut. Kemudian mengukur ikan tuna setiap turun melaut.
Amini kemudian membuat tiga cincin dengan diameter 26 di bagian atas untuk ikan berukuran berat 30 kg, bagian tengah diameter 35 untuk ikan 50 kg, dan bagian bawah diameter 40 untuk ikan 80 kg, menggunakan stainless.
Hasilnya, ikan lebih mudah ditangkap dan kualitas lebih terjaga.
Namun, saat itu, hanya Amini yang menggunakan inovasi jaket tuna tersebut. Setelah alat jaket tuna lebih efektif ditgunakan, yang tersulit adalah meyakinkan nelayan.
Akhirnya, banyak nelayan yang tertarik menggunakan jaket tuna, bukan hanya di Kota Gorontalo, akan tetapi nelayan daerah lainnya.
Dinas Kelautan dan Perikanan membuat revitalisasi untuk mempraktikkan jaket tuna dengan menggunakan 2 kapal. Peserta yang hadir ada 36 nelayan.
Saat mencoba meggunakan alat ini, ikan naik ke atas hanya dalam waktu 16 menit. Perbandingan dilakukan dengan menangkap ikan tanpa menggunakan jaket tuna yang membutuhkan waktu selama dua jam.
Selain ”Perbedaan durasi, mutu ikan juga berbeda,” kata Amini. ”Ikan yang ditangkap menggunakan jaket tuna memiliki grade A, dan yang tidak menggunakan jaket tuna grade C.”