Darilaut – Berbekal buku catatan yang ditulis kapten kapal Endurance, Frank Worsley, tim ekspedisi Endurance22 berhasil menemukan bangkai kapal yang tenggelam di bawah lapisan es, tahun 1915.
Hari itu, 21 November 1915. Kapten Frank Worsley menulis koordinat lokasi tenggelamnya kapal Endurance di buku hariannya: 68°39′ 30”S – 52°26’30”W.
“Kami menghargai keterampilan navigasi kapten kapal Endurance, Frank Worsley, dengan catatan terperinci yang sangat berharga dalam pencarian kami untuk menemukan bangkai kapal itu,” kata Direktur Eksplorasi ekspedisi Endurance22, Mensun Bound, seperti dikutip dari siaran pers Endurance22.
Ketika itu, kapal kayu Endurance mengalami kesulitan dan terjebak dalam lapisan es yang padat. Awak kapal (kru) tidak punya pilihan, selain meninggalkan kapal dan mendirikan kamp darurat di atas es.
Sebelum peristiwa kapal Endurance tenggelam, mengutip dari Endurance22.org, di akhir 1914 dunia terancam perang. Sir Ernest Henry Shackleton (15 Februari 1874 – 5 Januari 1922) dengan sukarela membatalkan rencananya untuk ekspedisi dan menempatkan kapalnya di bawah Pemerintah Inggris.
Penguasa Laut Pertama (First Sea Lord) Inggris, Winston Churchill, mengeluarkan instruksi, untuk tetap melanjutkan ekspedisi.
Shackleton kemudian menuju ke selatan, tetapi memilih untuk menghindari Kepulauan Falkland. Saat itu, menurut Shackleton, wilayah perairan tersebut mungkin akan diserang oleh Angkatan Laut Kekaisaran Jerman.
Shackleton mendekati Antartika dari Georgia Selatan yang relatif aman. Seperti yang diramalkan Shackleton, saat Endurance memasuki Laut Weddell, armada Inggris dan Jerman terlibat dalam Pertempuran Falklands.
Tujuan Shackleton untuk Ekspedisi Trans-Antartika Kekaisaran (“Ekspedisi Endurance”) untuk pendaratan pertama di Benua Putih (White Continent) dari Laut Weddell melalui Kutub Selatan ke Laut Ross.
Shackleton memimpin rombongan pertama yang berangkat ke Kutub dari Laut Weddell. Rombongan terpisah akan mendarat di tepi Laut Ross untuk menempatkan pasokan dan mendukung tim Shackleton.
Meskipun banyak kesulitan, rombongan yang terpisah berhasil menempatkan persediaan sesuai rencana.
Namun, tiga anggota ekspedisi meninggal dunia sebelum rombongan ini dijemput dari markas di Laut Ross.
Kapal Endurance mengalami kesulitan. Kapal ini terjebak dalam lapisan es yang padat di awal 1915.

Beberapa upaya dilakukan untuk membebaskan Endurance dari es, tetapi tidak berhasil. Akhir Februari, suhu turun dan kapal membeku selama musim dingin.
Anggota ekspedisi tetap tinggal di kapal Endurance selama beberapa bulan. Pada 27 Oktober 1915 Shackleton mengambil keputusan untuk meninggalkan kapal.
Endurance berada di bawah tekanan lapisan es yang berat dan merobek tiang kemudinya, serta menghancurkan buritannya.
Shackleton menulis: “kita telah dipaksa untuk meninggalkan kapal, yang hancur di luar semua harapan untuk dibenarkan, kita hidup dan sehat, dan kita memiliki perbekalan dan peralatan untuk tugas yang ada di hadapan kita. Tugasnya adalah mencapai daratan dengan semua anggota Ekspedisi. Sulit untuk menulis apa yang saya rasakan”.
Kapal Endurance akhirnya tenggelam di Laut Weddell pada 21 November 1915.
Kapten Frank Worsley menulis koordinat lokasi tenggelamnya kapal di buku hariannya.
Kelompok 28 awak harus menggunakan setiap kekuatan, keuletan, dan keberanian yang mereka miliki untuk bertahan.
Peristiwa ini dikenang dalam sejarah sebagai salah satu prestasi ketahanan paling epik di zaman heroik Penjelajahan Antartika.
Mereka hidup di atas es yang melayang ratusan mil dari daratan, tanpa kapal. Tanpa sarana komunikasi dengan dunia luar dan dengan persediaan terbatas.
Rombongan dengan 28 awak kapal itu mendirikan kamp darurat di atas es.
Kisah kelangsungan hidup tim ekspedisi dan penyelamatan adalah salah satu kisah di kutub terbesar yang tercatat dalam sejarah.
Dengan menggunakan tiga sekoci yang ada di kapal Endurance, rombongan ini melakukan pelayaran melintasi lautan es.
Rombongan tiba di Pulau Gajah. Dari sana, Shackleton dan lima orang lainnya menggunakan salah satu sekoci, James Caird, untuk berlayar ke Georgia Selatan untuk membunyikan alarm dan mencari pertolongan.
Di Pulau Gajah terdapat anjing laut dan penguin untuk dimakan. Ada sebuah teluk sebagai tempat berlindung dan mendirikan kemah dengan sekoci yang terbalik.
Namun, tidak mungkin ada orang yang datang ke Pulau Gajah untuk menyelamatkan mereka. Letaknya sangat terpencil.
Shackleton dan Frank Worsley kemudian memimpin pelayaran dengan sekoci ke Georgia Selatan. Di lokasi ini terdapat stasiun perburuan paus.
Worsley menavigasi hanya dengan sekstan di atas lautan di Samudra Selatan. Sekstan adalah instrumen navigasi refleksi ganda yang mengukur jarak sudut antara dua objek yang terlihat.
Tim ini akhirnya dapat mendarat di sisi selatan pulau.
Shackleton melakukan misi penyelamatan bersama lima orang lainnya dengan melakukan pelayaran luar biasa sejauh 800 mil atau 1.300 km dengan sekoci untuk mencapai Georgia Selatan.
Shackleton kemudian harus melintasi pegunungan dan gletser, untuk mencari pemburu paus Norwegia.
Kawasan ini, sampai sekarang belum dipetakan dan belum dilintasi.
Misi penyelamatan untuk mencapai anggota ekspedisi yang terdampar di pulau Gajah gagal karena lapisan es laut yang tebal.

Akhirnya, pada tanggal 30 Agustus 1916, upaya penyelamatan keempat berhasil. Rombongan ekspedisi di Pulau Gajah dibawa ke tempat yang aman di Punta Arenas oleh kapal tunda Chili ‘Yelcho’.
Dengan latar sejarah, penelitian dan catatan-catatan pelayaran kapal Endurance menuju Laut Weddell, Falklands Maritime Heritage Trust melakukan ekspedisi Endurance22.
Ketua Falklands Maritime Heritage Trust, Donald Lamont, berharap bahwa Endurance22 akan menginspirasi dan mendidik banyak orang, baik yang muda maupun yang tidak muda.
Ekspedisi Endurance22 selama 35 hari dan dijalankan dengan menggunakan kapal penelitian SA Agulhas II. Kapal penelitian ini milik Pemerintah Afrika Selatan.
Kapal SA Agulhas II, berangkat dari Cape Town, Afrika Selatan, pada 5 Februari 2022, menuju Laut Weddell, Antartika.
Keberangkatan tim ekspedisi tersebut menandai peringatan 100 tahun meninggalnya Shackleton, sosok yang melambangkan zaman keemasan penjelajahan Antartika.
Ahli geografi dan penjelajah kutub, Dr John Shears, memimpin ekspedisi Endurance22 dan arkeolog kelautan kelahiran Falklands, Mensun Bound, sebagai Direktur Eksplorasi.
Tim ekspedisi Endurance22 akhirnya berhasil menemukan kembali kapal kayu Endurance yang tenggelam di kedalaman 3008 meter.
Sumber: Endurance22.org
Komentar tentang post