Bagi masyarakat yang direlokasi tidak perlu khawatir, tanah dan lahan yang mereka miliki dalam radius 7 kilometer tersebut akan tetap menjadi milik mereka.
“Lahan-lahan masyarakat ini tetap hak milik masyarakat tapi tidak boleh ditempati,” kata Suharyanto.
BNPB dan PVMBG Badan Geologi, kata Suharyanto, akan membawa ahli untuk memetakan bagaimana kondisi gunung sekarang ini. Kemudian memasang early warning system sebagaimana yang sudah dilakukan di Gunung Marapi Sumatra Barat dan Gunung Ibu Halmahera Barat.
”Paling tidak dengan adanya alat yang lebih canggih peringatan kepada masyarakat lebih baik,” ujarnya.
Meskipun nantinya dipasangkan alat peringatan dini, Suharyanto berpesan bahwa sehebat apapun alatnya, belum ada yang bisa memprediksi secara tepat kapan letusan akan terjadi.
“Yang harus dijadikan catatan, manusia tetap berusaha tapi terkait saat tepat sebuah gunung bisa meletus tidak bisa diprediksi,” ujarnya.
Kegiatan yang dilakukan di Posko Pemantauan antara lain melihat kondisi seismograf aktivitas Gunung Lewetobi Laki-Laki dn melihat secara langsung kondisi puncak gunung dari Pos Pemantauan.
Gunung api Lewotobi Laki-laki erupsi pada Minggu (3/11) pagi. Terhitung tanggal 3 November 2024 pukul 24.00 Wita, status gunung api tersebut dinaikkan dari Level III (Siaga) menjadi Level IV (Awas),