Darilaut – Hingga saat ini penelitian mengenai tumbuhan lamun sebagai penyerap karbon masih sangat sedikit di berbagai negara, termasuk di Indonesia.
Telah banyak dilakukan penelitian tentang mangrove dan karang, akan tetapi, ”penelitian tentang lamun (seagrass) masih sedikit,” kata Kepala Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Udhi Eko Hernawan.
Karena itu, Regional Training and Research Center on Marine Biodiversity and Ecosystem Health (RTRC-MarBEST) menjadi bagian dari upaya mengurangi emisi karbon melalui lamun.
Lamun merupakan ekosistem paling efektif dalam menyerap karbon. Kemampuan lamun untuk menyerap karbon dari atmosfer lebih baik dari ekosistem darat.
Pelatihan ini digelar pada 23 September hingga 4 Oktober 2024, membahas penilaian karbon biru lamun berbasis penginderaan jauh.
“Harapannya, dengan kegiatan ini, peserta dapat mengembangkan penelitian seputar seagrass,” kata Udhi.
Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri, Kementerian Sekretariat Negara RI, Ida Ayu Yulie Primashanti, mengatakan, kondisi perubahan iklim yang menjadi isu sangat penting di berbagai belahan dunia.
“Berbagai upaya dilakukan oleh organisasi dunia seperti PBB dalam rangka penyelamatan dunia dari perubahan iklim yang terjadi,” ujarnya.