Darilaut – Kecerdasan Artifisial (buatan) atau Artificial Intelligence (AI) memiliki potensi secara signifikan mempromosikan inklusivitas, mengurangi ketidaksetaraan, dan mengatasi banyak Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di berbagai bidang seperti perawatan kesehatan, pendidikan, dan respons kemanusiaan.
Namun, manfaat AI saat ini tidak merata, terutama menguntungkan perusahaan dan negara yang kuat.
Tanpa peraturan yang tepat, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), AI berisiko memperburuk ketidaksetaraan dan berdampak pada populasi yang rentan.
Meskipun menawarkan solusi untuk tantangan global yang besar, perkembangannya yang pesat juga menimbulkan risiko yang terkait dengan akurasi informasi dan hak asasi manusia.
Pada pertengahan abad kedua puluh hingga saat ini, AI telah dengan cepat mengubah dunia kita.
AI mencakup beragam teknologi yang dapat didefinisikan sebagai ‘sistem adaptif belajar mandiri’. Ini dapat dikategorikan berdasarkan teknologi, tujuan (seperti pengenalan wajah atau gambar), fungsi (seperti pemahaman bahasa dan pemecahan masalah), atau jenis agen (termasuk robot dan mobil swakemudi).
Ini juga mencakup berbagai metode dan disiplin ilmu seperti penglihatan, pengenalan suara, dan robotika, dan berfungsi untuk meningkatkan kemampuan manusia tradisional. Kemajuan terbaru dalam AI telah didorong oleh kemajuan dalam kekuatan pemrosesan komputer dan teknik data.