Gorontalo – Cara tradisional dan tanpa fasilitas yang memadai namun bisnis pengolahan ikan asap masih memberikan jaminan keuntungan. Seperti usaha ikan asap milik Samsudin Djafar yang terletak di desa Hulawa,Kabupaten Gorontalo,Provinsi Gorontalo. Telah 30 tahun, pengolahan ikan asap ditempat tersebut bertahan secara turun temurun.
Usaha pengolahan ikan asap milik Samsudin terletak dipekarangan rumah. Terdapat dua buah besi pemanggang berukuran seluas 8 x 7 meter untuk meletakan ikan. Di bagian bawah,diletakkan kayu lamtoro yang dibakar dan berfungsi untuk mengasapi ikan selama 3 jam.
“jika pakai mesin yang lebih modern, belum ada pekerja kami yang tahu cara mengunakannya, lebih baik cara seperti ini (tradisional) “ ujar Samsudin.
Dalam satu kali pengasapan, ia mengaku mampu melakukan pengasapan ikan sebanyak empat ribu ekor sekaligus dengan dibantu 6 orang pekerjanya.
“setiap harinya kami produksi 1 ton ikan seperti cakalang, tongkol, baby tuna dan itu habis terjual” ungkap dia.
Menurutnya, untuk ikan asap jenis cakalang di produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal sementara untuk baby tuna akan dipasok ke beberapa hotel dan dikirim ke Jakarta dan Makassar, Sulawesi Selatan. Ikan asap ini dijual dengan harga yang bervariasi dari 5 ribu rupiah – 70 ribu rupiah atau bisa lebih mahal tergantung jenis ikan yang digunakan.
“ bisnis ini masih bertahan karena tingkat peminatnya masih tinggi, bahkan beberapa terakhir sudah muncul usaha serupa di sekitar desa ini “ungkap dia.
Ia menambahkan meski menjanjikan untung namun pengolahan ikan asap masih bergantung pada hasil tangkapan nelayan yang terkadang menurun disaat cuaca buruk dilaut. Jika sudah demikian, maka harga ikan asap akan mengalami kenaikan disesuaikan dengan biaya produksi yang dikeluarkan.
Komentar tentang post