Jakarta – Peneliti lamun dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Nurul Dhewani Mirah Sjafrie mengatakan, dari keseluruhan lokasi padang lamun yang telah divalidasi di Indonesia, hanya 6,67 persen yang kondisinya sehat. Seperti di Maumere dan Sikka.
“Bahkan padang lamun yang berada di kawasan konservasi, misalnya Wakatobi juga kondisinya kurang sehat,” kata Nurul dalam acara “Penyampaian Status Padang Lamun di Indonesia” di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Jakarta Senin (1/10).
Padahal, padang lamun di Indonesia terluas se-Asia Tenggara. Namun, sebagian besar padang lamun Indonesia masih dalam kondisi kurang sehat.
Jika mengacu Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun 2004, padang lamun dengan tutupan 42 persen berada dalam kondisi kurang sehat.
Menurut Nurul, kondisi padang lamun sangat berkorelasi dengan biota laut yang memanfaatkan ekosistem ini, seperti penyu dan dugong.
“Hasil kajian LIPI menunjukkan padang lamun, terutama yang terdiri dari spesies Halodule dan Halophila, berperan penting sebagai sumber makanan dugong,” katanya.
Nurul mengatakan, tanpa jenis lamun ini, populasi dugong di Indonesia akan semakin terancam menuju kepunahan. Agar padang lamun tetap mampu memberikan manfaat bagi masyarakat secara berkelanjutan, upaya konservasi padang lamun harus mampu mencegah aktivitas yang mengancam kelestariannya.
“Kegiatan transplantasi lamun dapat dilakukan untuk memulihkan padang lamun yang telah hilang atau rusak dan menciptakan areal padang lamun yang baru,” ujarnya.
Sumber: oseanografi.lipi.go.id
Komentar tentang post