Darilaut – Hari Air Sedunia (World Water Day) diperingati tanggal 22 Maret setiap tahunnya. Tahun ini, Hari Air Sedunia berfokus pada pelestarian gletser.
Dalam siaran pers Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) gletser yang mencair, laju perubahan iklim yang semakin cepat, dan meningkatnya ketidakamanan air adalah beberapa pesan kunci pada peringatan Hari Gletser Sedunia 21 Maret dan Hari Air Sedunia.
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) dan WMO sebagai koordinator bersama Hari Gletser Sedunia dan Tahun Pelestarian Gletser Internasional (2025).
“Gletser adalah salah satu indikator perubahan iklim yang paling terlihat dan berubah secara dramatis,” kata Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo pada upacara tingkat tinggi di New York.
Laporan WMO State of the Global Climate 2024, menyebutkan hilangnya massa gletser terbesar yang tercatat terjadi dalam tiga tahun terakhir, di 19 wilayah gletser.
Layanan Pemantauan Gletser Dunia memperkirakan bahwa sejak 2020, hilangnya gletser global tahunan berjumlah 30 tahun konsumsi air global.
Selama periode ini, pencairan gletser berkontribusi 18 milimeter terhadap kenaikan permukaan laut global, meningkatkan risiko banjir pesisir bagi ratusan ribu orang.
Gletser telah kehilangan total lebih dari 9.000 gigaton sejak 1975. Ini setara dengan balok es besar seukuran Jerman dengan ketebalan 25 meter.