Darilaut – Penyakit ice-ice menjadi momok bagi banyak pembudidaya rumput laut di Indonesia. Ice-ice muncul karena disebabkan bakteri oportunistik kelompok Vibrio.
Bakteri ini menyerang rumput laut saat terjadi perubahan lingkungan drastis, seperti peralihan musim kemarau ke musim hujan.
“Kondisi tersebut menimbulkan stres fisiologis pada rumput laut, membuat batangnya tampak pucat dan rapuh seperti es,” ujar Peneliti Pusat Riset Budidaya Laut (PRBL) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Muhammad Naufal, pada Jumat (24/10).
Saat ini BRIN sedang mengembangkan sistem deteksi dini penyakit ice-ice pada rumput laut.
“Program ini menandai langkah awal pembuatan alat deteksi penyakit ice-ice yang direncanakan rampung pada 2028,” kata Naufal di Kawasan Sains Kurnaen Sumadiharga BRIN, Lombok, Jumat (24/10).
Hasil riset nantinya akan melahirkan prototipe kit deteksi cepat, yang dapat digunakan langsung oleh petani di lapangan.
“Dengan kit ini, pemantauan kesehatan lingkungan budidaya bisa dilakukan secara real-time untuk mendukung praktik budidaya berkelanjutan,” kata Naufal.
Tahap uji lapangan akan difokuskan di Kabupaten Lombok Timur, salah satu sentra utama budidaya rumput laut nasional.
“Setelah identifikasi mikroba dilakukan, kami akan mengintegrasikan data dengan analisis omik untuk pembuatan primer yang akurat,” kata Naufal.
 
			



