Darilaut – Sejumlah nama pengusaha nasional hingga pejabat negara diduga berada di balik bisnis biomassa dengan memanfaatkan tumbuhan sebagai sumber energi terbarukan di Provinsi Gorontalo. Namun, bisnis ini malah menambah degradasi lingkungan.
WALHI Gorontalo menemukan bisnis biomassa berasal dari hutan alam tebangan. Puluhan ribu hektare lahan di Gorontalo mengalami deforestasi, dan lebih dari 1.000 hektare hilang akibat proyek Hutan Tanaman Energi (HTE).
“Sebanyak 65 persen konsesi masih berupa hutan alam yang akan dibuka, menunjukkan biomassa bukan berasal dari hutan tanaman, tetapi hutan alam yang ditebang,” demikian temuan WALHI Gorontalo yang dibahas saat diskusi media dan konferens pers mengungkap tabir transisi energi palsu: dampak sosial – ekologis hutan tanaman energi di Gorontalo, pada Selasa (28/10).
Di balik klaim kontribusi terhadap transisi energi dan ekonomi daerah, fakta lapangan menunjukkan sebaliknya. WALHI mencatat deforestasi mencapai 35.770 hektare pada 2017-2023, di mana sekitar 1.087 hektare hilang akibat proyek HTE dalam kurun 2021-2023.
Narasi “energi hijau” yang dibangun korporasi biomassa di Gorontalo dinilai hanya menjadi pembungkus baru bagi praktik ekstraktivisme lama. Dalam riset WALHI, terdapat 10 perusahaan Hutan Tanaman Energi yang telah mengantongi izin konsesi dengan total luas 282.100 hektare. Sebanyak empat di antaranya sudah beroperasi di Pohuwato, Gorontalo Utara, hingga Bone Bolango.
 
			



