Darilaut – Puncak peringatan Hari Konservasi Alam Nasional untuk tahun 2020 direncanakan pada September mendatang. Kegiatan ini bertempat di Taman Nasional Kutai, Bontang, Kalimantan Timur.
Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) setiap tanggal 10 Agustus, mulai diperingati sejak tahun 2010, setelah ditetapkan melalui Keputusan Presiden RI Nomor 22 Tahun 2009. Awalnya, peringatan diselenggarakan di kawasan konservasi di Pulau Jawa.
Pada 2016, puncak peringatan hari konservasi berlangsung di Taman Nasional dan Taman Wisata Alam (TWA) di luar pulau Jawa, yaitu di TN Bali Barat. Selanjutanya tahun 2017 di Taman Nasional Baluran.
Pada 2018, puncak peringatan berlangsung TWA Batu Angus Batu Putih dan tahun 2019 di TWA Muka Kuning, Batam.
Tahun 2020, peringatan hari konservasi dengan tema “Nagara Rimba Nusa : Merawat Peradaban Menjaga Alam”.
Tema ini menekankan pada semangat berperadaban maju yang harmoni dengan alam di era milenial. Meski demikian semangat konservasi alam tentunya diharapkan dapat tertanam di semua generasi mengingat tidak ada generasi manapun yang tidak bergantung pada alam.
“Nagara Rimba Nusa: Merawat Peradaban Menjaga Alam” menggambarkan semangat konservasi alam di era peradaban maju menjadi tanggung jawab semua pihak termasuk generasi masa kini ketika kemajuan teknologi, pola hidup, berpikir terbuka, terbatasnya waktu, dan tuntutan kualitas hidup semakin meningkat dan menjadi suatu kebanggaan dan kebutuhan untuk melaksanakannya.
Sejak bulan Juli Agustus ini, rangkaian kegiatan hari konservasi berlangsung di berbagai daerah di Indonesia.
Salah satunya, kegiatan “Aksi Bersih Kawasan Konservasi dan Penanaman Pohon” yang dipusatkan di Taman Wisata Alam Angke Kapuk, Jakarta, Senin (10/8).
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Alue Dohong mengharapkan kegiatan konservasi dapat menjadi bagian dari sikap hidup sehari-hari masyarakat agar menjelma menjadi budaya bangsa.
Diingatkan agar selama Pandemi Covid-19 ini masyarakat yang terdampak dapat segera pulih salah satunya dengan bepergian ke kawasan Taman Nasional (TN), Taman Wisata Alam (TWA), dan Suaka Margasatwa (SM).
Hal ini diharapkan akan menciptakan optimisme dan peluang bagi para pihak di sektor pariwisata alam untuk ikut mendukung kebangkitan dan pemulihan kondisi masyarakat dari sisi mental, fisik, serta pemulihan ekonomi negara.
“Jadikan konservasi alam sebagai bagian dari sikap hidup kita sehari-hari agar selanjutnya berkembang menjadi budaya bangsa yang dapat kita wariskan kepada generasi-generasi penerus kita,” ujarnya, saat membacakan sambutan Menteri LHK.
Konservasi yang berarti mengaitkan perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara bersamaan pada kenyataannya telah terjadi sejak jaman kerajaan-kerajaan Nusantara dulu.
Kita masih dapat mengetahui bagaimana para leluhur kita masa itu memanfaatkan sumber daya alam secara arif dan bijaksana. Mereka hidup beradaptasi dengan alam, mempelajarinya, dan mengambil manfaat sesuai dengan sifat dan kondisi keberadaan sumber daya alam tersebut.
“Pengaturan dan larangan yang dilakukan pada waktu itu pada dasarnya merupakan bagian dari upaya perlindungan alam dari kerusakan dan kepunahan,” kata Wamen.
Penyelenggaraan aksi bersih dan penanaman pohon di TWA Angke Kapuk dengan vegetasi hutan mangrove, sekaligus mengkampanyekan kepada masyarakat terkait pentingnya keberadaan hutan mangrove untuk melindungi kehidupan manusia. Indonesia disebutnya memiliki 3,3 juta ha hutan mangrove dan merupakan yang terbesar di wilayah tropis.
Mangrove juga disebut memiliki berbagai macam fungsi salah satunya barier penghambat tsunami. Daerah yang mangrovenya bagus ternyata mengalami kerusakan yang minimal jika ada tsunami. Selanjutnya pohon mangrove juga berfungsi untuk squestrasi karbon/penyimpan karbon.
Menurut Wamen, simpanan karbon terbesar itu ada di tanah mangrove, lebih besar 4 kali lipat dari terestrial ataudaratan.
Mangrove dapat mencegah intrusi air laut ke darat, memfilter racun-racun dari limbah/B3 dan mengandung enviromental service/jasa lingkungan berupa keindahan alam dan kesegaran, juga potensial sebagai ekowisata.
TWA Angke Kapuk merupakan contoh keberhasilan rehabilitasi mangrove dari sejarahnya dahulu adalah bekas areal tambak.*
Komentar tentang post