Dalam perkembangan terakhir, kuota mahasiswa UNG mengalami peningkatan. Terdapat pula peningkatan animo masyarakat untuk studi di UNG.
Rektor UNG mengatakan konsekuensi dari Pandemi Covid-19 melahirkan VUCA yakni volatility (perubahan tidak menentu), uncertainty (ketidakpastian), complexity (kompleksitas), dan ambiguity (ambguitas).
Namun, selain VUCA, lahir pula kondisi yang disebut BANI yaitu brittle (rapuh), anxious (cemas), (non-linier), dan incomprehensible (tidak dapat dipahami).
“Kedua akronim ini, bagi UNG adalah polycrisis (krisis simultan),” kata Rektor UNG.
Annual Report pada penghujung tahun 2022 ini merupakan snapshot dari rangkaian perjalanan UNG selama berada pada situasi polycrisis.
Efeknya, menurut Eduart, krisis keuangan yang berefek pada kondisi ekonomi daerah yang menurun. Turunannya, pendapatan penduduk menurun, ketersediaan anggaran pelayanan publik berkurang hingga perubahan yang revolusioner di berbagai lini kehidupan.
Di tengah polycrisis, kata Eduart, modal sosial yang dimiliki UNG berupa resilent-leadership yang mampu membuat UNG terus bertahan bahkan dalam beberapa hal cukup menggembirakan.
Eduart mengatakan resilience-leadership adalah pola kepemimpinan yang handal menangani kebijakan, sigap dalam mengambil keputusan, judgement yang matang, intelektualitas tinggi, dan akhlak baik. Selain itu, berani mengambil resiko, adaptif, naluri tajam, tangguh mental, inovatif, mau introspeksi dan mampu menentukan prioritas.
Komentar tentang post