Darilaut – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memegang peranan krusial dalam memberikan peringatan dini cuaca ekstrem di Indonesia.
Data yang terkumpul dianalisis oleh para ahli meteorologi untuk mengidentifikasi potensi terjadinya cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi.
Untuk memperingati Hari Meteorologi Sedunia (World Meteorological Day) ke-75 pada 23 Maret, BMKG meminta stakeholder untuk mengatasi kesenjangan respon cepat Peringatan Dini Cuaca Ekstrem.
Plt. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan dalam memberikan informasi peringatan dini cuaca ekstrem, BMKG bekerja selama 24 jam non-stop. Setiap informasi yang dihadirkan melewati serangkaian proses ilmiah dan dikerjakan dengan teliti untuk mencapai keakuratan data maksimal.
“BMKG secara terus menerus memantau kondisi atmosfer laut dan daratan menggunakan berbagai peralatan canggih seperti radar cuaca, satelit, dan stasiun pengamatan,” kata Dwikorita dalam peringatan Hari Meteorologi Dunia ke-75 di Jakarta, Sabtu (22/3).
Adapun tema internasional Hari Meteorologi Dunia ke-75 adalah Closing The Early Warning Gap Together. Tema tersebut, menurut Dwikorita, harus direfleksikan dengan sungguh-sungguh untuk seluruh umat manusia di dunia—termasuk Indonesia–sebagai salah satu negeri rawan bencana di sepanjang tahun.