Darilaut – Sejak 1 Januari hingga 17 Maret 2025, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, data fenomena cuaca ekstrem di Indonesia jumlahnya mencapai 1.891 kejadian.
Dengan rincian, puting beliung 43, angin kencang 400, hujan lebat 1.182, petir 55, dan hujan es 11 kejadian.
Adapun dampak yang ditimbulkan dari cuaca ekstrem tersebut telah mengakibatkan banjir sebanyak 721, pohon tumbang 371, tanah longsor 374, bangunan rusak 553, dan gangguan transportasi sebanyak 567.
Di sisi lain, akibat cuaca ekstrem tersebut jumlah korban jiwa/luka mencapai 115 orang dan ribuan orang lainnya terdampak.
Terbaru, pada awal Maret 2025, masyarakat di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Banten (Jabodetabek) baru saja mengalami bencana kebanjiran akibat hujan lebat.
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak lebih dari 37 ribu kepala keluarga terdampak banjir di Jabodetabek.
Hasil analisis BMKG, potensi cuaca esktrem di wilayah Indonesia terjadi akibat dinamika atmosfer yang terus terjadi dan munculnya bibit siklon di dekat wilayah Indonesia. Oleh karenanya, curah hujan tinggi masih berpotensi terjadi dan perlu diwaspadai terutama di wilayah yang rentan terdampak cuaca ektrem.
Mata Rantai yang Efektif
Berdasarkan data-data tersebut, Plt. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengajak seluruh pihak untuk memahami dan merespon peringatan dini cuaca esktrem dengan melakukan aksi sebagaimana tema Hari Meteorologi Sedunia (World Meteorological Day) ke-75.