Darilaut – Peneliti Balai Bio Industri Laut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dwi Listyo Rahayu, mengatakan eksplorasi keanekaragaman hayati laut perlu dikembangkan dan masih sangat besar untuk mendeskripsikan spesies baru.
Namun, kata Listyo, yang menjadi tantangan ahli taksonomi kelautan di Indonesia, antara lain, untuk menjalankan ekspedisi diperlukan kapal dan peralatan yang canggih.
Kemudian, untuk menjadi ahli taksonomi suatu takson membutuhkan waktu yang lama, serta studi genetik dapat digunakan untuk mendukung ahli taksonomi.
Indonesia memiliki habitat laut yang paling beragam dan telah lama dianggap memiliki keanekaragaman hayati laut yang tinggi. Kekayaan spesies laut akibat pembentukan pulau mengakibatkan keanekaragaman habitat dan ekosistem, serta adanya aliran air.
Dalam webinar “International Symposium on Coastal and Marine Biodiversity (ISCOMBIO) 2020”, Kamis (17/9), Listyo mengatakan, tiga spesies yang dominan ada di Indonesia berdasarkan hasil penelitian dari beberapa penulis, yaitu Crustacea 1.882 spesies, Moluska: 1.023 spesies, dan Pisces 4.311 spesies.
Menurut Listyo, eksplorasi Deepsea telah dilakukan mulai dari Ekspedisi Karubar pada 1991 menjelajahi Laut Arafura arouns Kei, Aru dan Pulau Tanimbar.
Ekspedisi ini telah menghasilkan penemuan 79 spesies baru dan beberapa genera invertebrata baru. Spesimen kelompok taksonomi lain seperti echinodermata dan ikan dari ekspedisi ini masih harus dipelajari.
Komentar tentang post