Jakarta – Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, Indonesia akan terus melanjutkan upaya memperkuat kerjasama dalam konservasi dan pengelolaan terumbu karang. Kerja sama ini juga untuk mencegah dampak perubahan iklim dengan membangun ketahanan terumbu karang.
“Kami ingin memastikan pemanfaatan ekosistem terumbu karang untuk perikanan, ketahanan pangan, dan kesejahteraan manusia dapat dilakukan secara bijak dengan memperhatikan aspek keberlanjutan,” kata Menteri Susi saat menghadiri pertemuan “Make Our Ocean Great Again” (Mewujudkan Lautan Kita Berjaya Kembali) di Paris, Rabu (4/7).
Pertemuan ini bertepatan dengan serah terima Sekretariat International Coral Reef Initiative (ICRI) dari Prancis kepada Monaco, Australia dan Indonesia, bertempat di Muséum National d’Histoire Naturelle. Pertemuan dihadiri oleh Pangeran Albert II dari Monaco, Ms Brune Poirson (Menteri Muda Ekologi dan Transisi Inklusif Prancis), Peter Thomson (Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Kelautan), dan Dr Russel Reichelt (Chairman and CEO the Great Barrier Reef Marine Park Authority) yang mewakili Australia, serta para pakar dan praktisi terumbu karang.
Keterlibatan Indonesia dalam ICRI merupakan bentuk komitmen dalam konservasi dan pengelolaan terumbu karang secara berkelanjutan. “Kami menyadari, terumbu karang adalah warisan bersama untuk semua generasi,” ujar Susi.
Dalam pertemuan tersebut, Menteri Susi menyampaikan terima kasih atas nama Pemerintah Indonesia yang menjadikan Indonesia sebagai Ketua Bersama Sekretariat ICRI. Ketua Bersama dengan Monaco dan Australia akan berlangsung selama 2 tahun (2018 – 2020 ). “Atas nama Pemerintah Indonesia, saya ingin menyampaikan, kami senang berkolaborasi dengan Monaco dan Australia sebagai Ketua Bersama untuk menjalankan sekretariat ICRI,” kata Susi.
Susi menegaskan bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya lautan. Pemerintah Indonesia menempatkan komitmen tinggi pada isu-isu laut dan pesisir. Upaya ini telah dilakukan di antaranya melalui keikutsertaan Indonesia pada Word Ocean Conference (WOC) dan Coral Triangle Initiative on Coral Reefs Fisheries and Food Security (CTI-CFF).
Pada 2009 lalu, Indonesia inisiator utama pendirian CTI-CFF. Hal ini sebagai bentuk komitmen akan pentingnya ekosistem terumbu karang dalam penyediaan sumber daya dan jasa lingkungan di Kawasan segitiga Karang (Coral Triangle Area).
Tahun 2019, satu dekade keanggotaan Indonesia dalam CTI-CFF. Indonesia tetap melanjutkan komitmennya dalam mengelola secara berkelanjutan Kawasan Segitiga Karang. Indonesia akan memperkuat kerja sama menanggulangi ancaman kepunahan terumbu karang dan akibatnya bagi masyarakat dan lingkungan.
Dalam sambutannya, Menteri Susi menyampaikan Indonesia adalah inisiator Resolusi Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nation Environment Assembly/UNEA). Resolusi 2/12 ini tentang pengelolaan terumbu karang yang berkelanjutan. Resolusi diadopsi pada sesi kedua (UNEA-2), Mei 2016 dan merupakan salah satu referensi global dalam mengelola terumbu karang. Resolusi tersebut memberikan arahan bagi kebijakan dan pengelolaan terumbu karang dalam konteks agenda pembangunan 2030.
Sebagai langkah tindak lanjut dari resolusi tersebut, Indonesia bekerja sama dengan United Nation Environment Program (UNEP) telah menyelenggarakan pertemuan konsultasi lanjutan resolusi UNEA pada 28-29 Juni 2016 di Manado, Sulawesi Utara. Indonesia juga berpartisipasi aktif dalam konsil khusus yang dibentuk UNEP untuk implementasi resolusi 2/12.*
Komentar tentang post