redaksi@darilaut.id
Senin, 30 Januari 2023
26 °c
Jakarta
28 ° Sab
27 ° Ming
28 ° Sen
27 ° Sel
Dari Laut Indonesia
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil

Home » tanpa kategori » Peran Strategis Cagar Biosfer Sebagai Laboratorium Alam

Peran Strategis Cagar Biosfer Sebagai Laboratorium Alam

redaksi redaksi
2 Agustus 2022
Kategori : Berita, Konservasi
Perahu nelayan di Cagar Biosfer Togean. FOTO: DARILAUT.ID

Perahu nelayan di Cagar Biosfer Togean. FOTO: DARILAUT.ID

Darilaut – Kawasan cagar biosfer sangat strategis sebagai laboratorium alam untuk mengembangkan IPTEK dan Inovasi, pengelolaan keanekaragaman hayati dan pengembangan masyarakat dalam kerangka pembangunan berkelanjutan.

Saat ini, Indonesia memiliki luas total cagar biosfer mencapai 29.901.729, 259 Ha. Cagar biosfer ini mencakup area inti berupa kawasan konservasi seluas 5.362.516,74 Ha, kawasan zona penyangga seluas 7.618.547, 845 Ha dan area transisi seluas 16.875.935, 375 Ha.

Menurut UNESCO, Indonesia adalah salah satu negara yang progresif untuk mengembangkan cagar biosfer sebagai wahana pembangunan berkelanjutan.

Ketua Komite Nasional Man and The Biosphere (MAB) UNESCO Indonesia, Purwanto, mengatakan kontribusi MAB Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sampai saat ini telah mengembangkan 19 cagar biosfer di Indonesia. Sejak 2009 hingga sekarang telah menambah 13 cagar biosfer baru.

“Kontribusi lainnya antara lain meloloskan periodic review 6 cagar biosfer; berperan aktif di jaringan cagar biosfer regional dan global; memenangkan kompetisi Young Scientist Award, Penghargaan UNESCO atas perannya dalam program MAB dan kontribusinya terhadap program pengembangan ilmu alam di Asia Pasific khususnya ilmu lingkungan,” kata Purwanto.

Kelembagaan Komite Nasional MAB UNESCO Indonesia, telah dibentuk berdasarkan SK Kepala BRIN No. 23/HK/ 2022 dan bertanggung jawab serta melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala BRIN.

Komite Nasional MAB-UNESCO Indonesia mempunyai mandat melaksanakan misi, program dan kegiatan MAB di Indonesia terutama dikaitkan dengan pembangunan dan pengembangan cagar biosfer sebagai wahana pembangunan berkelanjutan.

“Kita ingin mengembangkan dan membangun cagar biosfer di Indonesia,” kata Purwanto, dengan judul paparan “BRIN dan Pengembangan Cagar Biosfer untuk Mendukung Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Berkelanjutan,” Senin (1/8).

“Ini adalah suatu konsep, di mana untuk mengelola suatu kawasan dengan mengharmonisasikan hubungan antara kepentingan konservasi keanekaragaman hayati dengan kepentingan pembangunan sosial ekonomi berkelanjutan yang didukung logistic support yaitu ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi seperti riset, monitoring, pendidikan lingkungan, dan lain-lain,” kata Purwanto yang juga Profesor Riset dan Peneliti Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, Organisasi Hayati dan Lingkungan BRIN.

“Konsep ini dibuat oleh Program MAB UNESCO dalam kerangka untuk mempromosikan hubungan yang harmonis antara manusia dan alam juga sebagai wahana untuk pembangunan berkelanjutan.”

Menurut Purwanto ada tiga fungsi cagar biosfer. Pertama, fungsi konservasi keanekaragaman hayati dan budaya: untuk kontribusi pada konservasi lanskap, ekosistem, spesies, dan variasi genetik.

Kedua, fungsi pembangunan ekonomi berkelanjutan; untuk mendorong pembangunan ekonomi dan manusia yang berkelanjutan; untuk mendorong pembangunan ekonomi dan manusia yang berkelanjutan secara sosial budaya dan ekologis.

Ketiga, fungsi dukungan logistik; untuk memberikan dukungan untuk penelitian, pemantauan, pendidikan dan pertukaran informasi yang berkaitan dengan isu-isu lokal nasional dan global konservasi dan pembangunan.

Tags: BRINCagar BiosferKonservasiUnesco
Bagikan2Tweet1KirimKirim

Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia

Berhenti Berlangganan

Related Posts

Ilustrasi bibit siklon tropis. GAMBAR: ZOOM.EARTH
Berita

4 Bibit Siklon Tropis di Dekat Wilayah Indonesia

29 Januari 2023
Rumah yang mengalami kerusakan karena terdampak banjir di Jalan Raya Bailang, Lingkungan 1, Kelurahan Bailang, Kecamatan Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (28/1). FOTO: BNPB
Berita

Kepala BNPB Ingatkan Banjir dan Longsor di Manado Kejadian Berulang

29 Januari 2023
Tol Laut. FOTO: DARILAUT.ID
Berita

Tahun 2023 Kemenhub Layani 177 Trayek Angkutan Laut

28 Januari 2023
Next Post
Seekor paus bungkuk di Samudra Pasifik tropis timur dekat Kosta Rika. Para pemimpin regional sedang mendorong sebuah cagar biosfer luas yang akan menjangkau perairan empat negara. FOTO: GETTY/PEWTRUSTS.ORG

5 Alasan untuk Membuat Cagar Biosfer Besar di Samudra Pasifik

Menko Polhukam Prof Mahfud MD dan Ketua Dewan Pers Prof Azyumardi Azra. FOTO: DEWAN PERS

Pemerintah Akan Diskusikan Terbuka 14 Pasal RKUHP yang Bermasalah

Komentar tentang post

REKOMENDASI

Gorontalo Utara Terapkan Pengolahan Bijih Emas Tanpa Merkuri

Paus yang Berkeliaran di Teluk Osaka Ditemukan Mati

Hiu Hantu, Minim Data dan Terancam Punah

Deklarasi Untuk Menyelamatkan Lautan Kita

Prodi Spesialis Kedokteran Kelautan Perlu Dibuka

16 Kapal Tenggelam di Perairan Kalimantan Barat, Sejumlah ABK Dalam Pencarian

TERBARU

4 Bibit Siklon Tropis di Dekat Wilayah Indonesia

Kepala BNPB Ingatkan Banjir dan Longsor di Manado Kejadian Berulang

Tahun 2023 Kemenhub Layani 177 Trayek Angkutan Laut

Pemberitaan Berperspektif Keberagaman Perlu Diperkuat

Kapal Berhati-hati, Gunung Api Myojinsho Kemungkinan Akan Meletus

Banjir Tinggi 3 Meter dan Longsor Melanda Kota Manado

TERPOPULER

  • Ikan karang Amphiprion ocellaris, Sulawesi, Indonesia (Randall, 1998) dan Amphiprion percula, Papua New Guinea (Allen & Erdmann, 2012) contoh yang mendukung spesiasi alopatrik.

    Teori Spesiasi Geografis Ikan Karang

    27 bagikan
    Bagikan 11 Tweet 7
  • Biogeografi Ikan di Kawasan Segitiga Terumbu Karang

    6 bagikan
    Bagikan 2 Tweet 2
  • Kuda Laut, Ikan yang Dipercaya Dapat Menyembuhkan Berbagai Penyakit

    231 bagikan
    Bagikan 98 Tweet 56
  • Mengapa Orca Tidak Memangsa Manusia di Alam Liar?

    31 bagikan
    Bagikan 13 Tweet 8
  • Pemanasan Laut, Ini Dampak Bagi Ekosistem dan Manusia

    25 bagikan
    Bagikan 10 Tweet 6
  • Enam Aplikasi Digital Nelayan Indonesia

    416 bagikan
    Bagikan 174 Tweet 101
  • Tantangan Teknologi Penangkapan Ikan yang Efektif dan Ramah Lingkungan

    16 bagikan
    Bagikan 15 Tweet 0
  • Tentang
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Terms of Use
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Email : redaksi@darilaut.id

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Pemilu dan Pemilihan
  • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Travel

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

*Dengan mendaftar di situs kami, anda setuju dengan Syarat & Ketentuan and Kebijakan Privasi.
Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk