Darilaut – Kawasan cagar biosfer sangat strategis sebagai laboratorium alam untuk mengembangkan IPTEK dan Inovasi, pengelolaan keanekaragaman hayati dan pengembangan masyarakat dalam kerangka pembangunan berkelanjutan.
Saat ini, Indonesia memiliki luas total cagar biosfer mencapai 29.901.729, 259 Ha. Cagar biosfer ini mencakup area inti berupa kawasan konservasi seluas 5.362.516,74 Ha, kawasan zona penyangga seluas 7.618.547, 845 Ha dan area transisi seluas 16.875.935, 375 Ha.
Menurut UNESCO, Indonesia adalah salah satu negara yang progresif untuk mengembangkan cagar biosfer sebagai wahana pembangunan berkelanjutan.
Ketua Komite Nasional Man and The Biosphere (MAB) UNESCO Indonesia, Purwanto, mengatakan kontribusi MAB Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sampai saat ini telah mengembangkan 19 cagar biosfer di Indonesia. Sejak 2009 hingga sekarang telah menambah 13 cagar biosfer baru.
“Kontribusi lainnya antara lain meloloskan periodic review 6 cagar biosfer; berperan aktif di jaringan cagar biosfer regional dan global; memenangkan kompetisi Young Scientist Award, Penghargaan UNESCO atas perannya dalam program MAB dan kontribusinya terhadap program pengembangan ilmu alam di Asia Pasific khususnya ilmu lingkungan,” kata Purwanto.
Kelembagaan Komite Nasional MAB UNESCO Indonesia, telah dibentuk berdasarkan SK Kepala BRIN No. 23/HK/ 2022 dan bertanggung jawab serta melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala BRIN.
Komite Nasional MAB-UNESCO Indonesia mempunyai mandat melaksanakan misi, program dan kegiatan MAB di Indonesia terutama dikaitkan dengan pembangunan dan pengembangan cagar biosfer sebagai wahana pembangunan berkelanjutan.
“Kita ingin mengembangkan dan membangun cagar biosfer di Indonesia,” kata Purwanto, dengan judul paparan “BRIN dan Pengembangan Cagar Biosfer untuk Mendukung Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Berkelanjutan,” Senin (1/8).
“Ini adalah suatu konsep, di mana untuk mengelola suatu kawasan dengan mengharmonisasikan hubungan antara kepentingan konservasi keanekaragaman hayati dengan kepentingan pembangunan sosial ekonomi berkelanjutan yang didukung logistic support yaitu ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi seperti riset, monitoring, pendidikan lingkungan, dan lain-lain,” kata Purwanto yang juga Profesor Riset dan Peneliti Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, Organisasi Hayati dan Lingkungan BRIN.
“Konsep ini dibuat oleh Program MAB UNESCO dalam kerangka untuk mempromosikan hubungan yang harmonis antara manusia dan alam juga sebagai wahana untuk pembangunan berkelanjutan.”
Menurut Purwanto ada tiga fungsi cagar biosfer. Pertama, fungsi konservasi keanekaragaman hayati dan budaya: untuk kontribusi pada konservasi lanskap, ekosistem, spesies, dan variasi genetik.
Kedua, fungsi pembangunan ekonomi berkelanjutan; untuk mendorong pembangunan ekonomi dan manusia yang berkelanjutan; untuk mendorong pembangunan ekonomi dan manusia yang berkelanjutan secara sosial budaya dan ekologis.
Ketiga, fungsi dukungan logistik; untuk memberikan dukungan untuk penelitian, pemantauan, pendidikan dan pertukaran informasi yang berkaitan dengan isu-isu lokal nasional dan global konservasi dan pembangunan.
Komentar tentang post