Darilaut – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo merilis hasil pemantauan harga konsumen bulan September 2025 yang menunjukkan bahwa meski tekanan harga pangan mulai mereda, kelompok perawatan pribadi dan pendidikan justru menjadi pendorong utama inflasi di wilayah ini.
Inflasi tahunan (year-on-year) Gorontalo tercatat sebesar 1,99 persen, dengan kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 106,12 pada September 2024 menjadi 108,23 pada September 2025. Secara bulanan (month-to-month), Gorontalo mengalami deflasi 0,12 persen, sementara inflasi kumulatif (year-to-date) mencapai 1,53 persen.
Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mencatat kenaikan tertinggi yakni 6,38 persen, didorong oleh meningkatnya harga emas perhiasan, produk kebersihan, dan kosmetik. Sementara kelompok pendidikan turut naik 2,02 persen, terutama akibat penyesuaian biaya perguruan tinggi dan perlengkapan sekolah pada tahun ajaran baru.
Di sisi lain, kelompok makanan, minuman, dan tembakau masih memberikan andil terbesar terhadap inflasi tahunan, yaitu 1,44 persen. Kenaikan harga beras, ikan layang, dan bawang merah menjadi faktor dominan. Namun demikian, penurunan harga cabai rawit, cumi-cumi, dan ikan tuna menekan laju inflasi lebih tinggi.
“Tren inflasi kita masih moderat. Pola konsumsi rumah tangga dan faktor musiman pasca-panen ikut menjaga kestabilan harga pada sebagian besar komoditas,” ujar Dwi Alwi Astuti, Plt. Kepala BPS Gorontalo.