“Bentuk atap arsitektur tradisional merupakan wujud ekspresi hubungan harmonis antar manusia dengan sang pencipta. Penutup atap berperan sebagai media peralihan udara panas di ruang atas dan mengalirkannya menerobos ke luar ruangan,” ujarnya.
Pendidikan arsitektur di Indonesia, kata Pradipto, mengarah pada penguasaan keahlian merancang bangunan dengan fokus pada parameter fungsi, iklim, konstruksi, dan bahan bangunan.
Pola pemikiran barat dipelajari, diperdalam, dikembangkan dan dipergunakan dalam proses desain arsitektur di Indonesia, kemudian faktor iklim tropis dan kebencanaan dihadapi dan diselesaikan dengan cara teknologi, “dilawan” atau “ditaklukkan”.
Prof Pradipto mengatakan, ruang pusat tengah sebagai perwujudan nilai kearifan lokal banyak ditemukan pada arsitektur tradisional di daerah-daerah.
Keberadaan ruang pusat tengah dipercayai mampu menjaga hubungan lingkungan tetap harmoni dan menjadi sikap pandangan hidup bersama alam yang lentur dan fleksibel dalam menghadapi perubahan.
Pola bentuk ‘ruang pusat tengah’ menjulang menurut hukum termodinamis berperan sebagai media pergerakan udara panas dari ruang tengah bawah naik menuju ke ruang atas.
Penutup atap berperan sebagai media peralihan udara panas di ruang atas dan mengalirkannya menerobos ke luar ruangan.





Komentar tentang post