redaksi@darilaut.id
Sabtu, 13 Agustus 2022
26 °c
Jakarta
28 ° Sab
27 ° Ming
28 ° Sen
27 ° Sel
Dari Laut Indonesia
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil

Home » Berita » Beda dengan Pinokio, Tim Peneliti Temukan Spesies Baru Katak dari Kalimantan

Beda dengan Pinokio, Tim Peneliti Temukan Spesies Baru Katak dari Kalimantan

redaksi redaksi
5 Oktober 2019
Kategori : Berita, Eksplorasi
Katak tanduk Kalimantan (Megophrys kalimantanensis). FOTO: TOMOHIKO SHIMADA VIA LIPI.GO.ID

Katak tanduk Kalimantan (Megophrys kalimantanensis). FOTO: TOMOHIKO SHIMADA VIA LIPI.GO.ID

Jakarta – Sejumlah tim peneliti Indonesia dan Jepang menemukan spesies baru katak tanduk dari Pulau Kalimantan. Dibandingkan dengan katak tanduk pinokio (Megophrys nasuta), jenis baru ini memiliki tanduk (dermal accessory) yang berbeda.

Temuan Katak tanduk Kalimantan dengan nama ilmiah Megophrys kalimantanensis ini telah dipublikasikan di jurnal Zootaxa vol 4679.

“Jenis baru ini dikoleksi dari ekspedisi yang dilakukan di pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, juga di Bario, Sarawak dan pegunungan Crocker di Sabah, Malaysia,” kata peneliti bidang herpetologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy di Cibinong, Jumat (4/9) seperti dikutip Lipi.go.id.

Tim yang mendeskripsikan katak ini, peneliti LIPI, Kyoto University Jepang, Aichi University of Education Jepang, Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Negeri Semarang.

Menurut Amir, spesimen pertama katak jenis baru ini sebelumnya sudah dikoleksi pada 2008 oleh peneliti senior Pusat Penelitian Biologi LIPI, Irvan Sidik. Namun dengan nama katak tanduk pinokio.

Secara morfologi katak tanduk Kalimantan ini sangat mirip dengan katak tanduk pinokio yang tersebar luas mulai dari Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaya serta pulau-pulau kecil di sekitarnya.

Sejumlah ekspedisi di kawasan pegunungan Meratus kemudian dilakukan kembali hingga 2019 ini. Dalam ekspedisi kali ini tidak hanya spesimen individu dewasa yang berhasil dikoleksi, tetapi juga koleksi kecebong dan suara yang dihasilkan oleh individu jantan.

Melalui pendekatan morfologi, molekuler dan akustik, spesimen yang sebelumnya diduga sebagai katak tanduk pinokio ternyata merupakan jenis yang berbeda dan belum memiliki nama ilmiah.

Pembeda Katak Tanduk Pinikio dan Spesies Baru

Katak spesies baru memiliki tanduk pada bagian moncong dan mata yang lebih pendek jika dibandingkan dengan katak tanduk pinokio. Juga sepasang lipatan lateral tambahan pada sayap.

Pada saat berudu katak ini berwarna coklat tua yang condong ke oranye-coklat dan berubah menjadi coklat pucat pada saat dewasa.

Secara akustik, suara individu jantan dari jenis baru ini memiliki variasi yang lebih banyak dan lebih panjang jika dibandingkan dengan katak-tanduk pinokio.

“Berdasarkan hasil analisis dari tiga metode pendekatan tersebut kami menyimpulkan bahwa jenis tersebut merupakan jenis baru dan kemudian diberi nama Megophrys kalimantanensis,” ujar Amir.

Pemberian nama kalimantanensis merupakan toponim dari nama pulau Kalimantan.

Habitat dan Ancaman Katak Tanduk Kalimantan

Katak tanduk Kalimantan terdistribusi di bagian pegunungan utara Borneo (Sarawak dan Sabah), Malaysia serta pegunungan Meratus yang masuk wilayah Indonesia.

Yang sangat mengejutkan dan di luar dugaan, kedua lokasi ini terpisah cukup jauh, sekitar 950 kilometer. Meski cukup jauh, kedua populasi tersebut memiliki variasi genetik yang sangat rendah dan menunjukan sebagai jenis yang sama.

Menurut Amir, batas negara antara Malaysia dan Indonesia tidak berlaku untuk jenis baru ini. Hamparan lahan gambut dan hutan dataran rendah antara bagian utara dan selatan di pulau Kalimantan ini sepertinya menjadi pembatas, sehingga jenis baru ini hanya dapat ditemukan di kawasan pegunungan baik di utara maupun selatan pulau.

Temuan katak tanduk kalimantan ini bukanlah yang terakhir mengingat masih luasnya kawasan Kalimantan yang belum tereksplorasi. Begitu juga dengan kawasan lainnya di Sumatera, Sulawesi, Papua serta daerah lainnya di Indonesia.

“Hilangnya hutan di Kalimantan menjadi ancaman yang cukup serius bagi jenis ini kawasan berhutan sebagai habitat utamanya,” ujar Amir.

Selain kerusakan habitat, penggunaan komersial sebagai hewan peliharaan juga menjadi ancaman serius. Kepunahan spesies ini memenuhi syarat rentan dan dimungkinkan untuk masuk dalam kategori status Daftar Merah IUCN sebagai bentuk upaya konservasi lebih lanjut.*

Tags: EkspedisiITBJepangKalimantanLIPI
Bagikan6Tweet3KirimKirim

Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia

Berhenti Berlangganan

Related Posts

FOTO: DARILAUT.ID
Berita

Hingga 2022 Kecelakaan Pelayaran Masih Signifikan

13 Agustus 2022
Ilustrasi tukik penyu hijau. FOTO: KLHK
Berita

Gelombang Panas Perburuk Populasi Penyu Jantan

13 Agustus 2022
Tukik penyu
Berita

99 Persen Tukik Penyu di Florida Berjenis Kelamin Betina

13 Agustus 2022
Next Post
FOTO: DARILAUT.ID

80 Persen Tol Laut Beroperasi di Indonesia Timur

FOTO: KLHK

Dua WNA Singapura Tersangka Impor Limbah

Komentar tentang post

Bandung, Indonesia
Sabtu, Agustus 13, 2022
Mostly Cloudy
24 ° c
72%
11mh
-%
28 c 19 c
Rab
26 c 18 c
Kam
27 c 18 c
Jum
26 c 17 c
Sab

TERBARU

Hingga 2022 Kecelakaan Pelayaran Masih Signifikan

Antibodi Penduduk Indonesia Meningkat 4 Kali Lipat

Gelombang Panas Perburuk Populasi Penyu Jantan

99 Persen Tukik Penyu di Florida Berjenis Kelamin Betina

Badai Tropis Meari Akan Melintasi Tokyo

Banjir Melanda Kabupaten Bogor, Cilacap, Pohuwato dan Katingan

REKOMENDASI

Tak Ada Larangan Nelayan Kecil Menangkap Ikan Lintas WPP

Kapal Ikan KM Aleluya Ditemukan 172 Mil dari Palau

KKP Bahas Penyusunan Rencana Zonasi Kawasan Antarwilayah Laut Maluku

Nelayan, Profesi dengan Risiko Tinggi

Cara Mendapatkan Keringanan Tagihan Listrik Melalui WhatsApp dan Website

BMKG: Awal Juni Potensi Gelombang Tinggi dan Banjir Rob di Perairan Utara Jawa

TERPOPULER

  • Ikan

    Ini Potensi di 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan

    663 bagikan
    Bagikan 275 Tweet 162
  • Ini Daftar 34 Trayek Tol Laut Tahun 2022

    21 bagikan
    Bagikan 9 Tweet 5
  • LIPI Bahas Ilmu Kelautan dan Kebumian

    10 bagikan
    Bagikan 5 Tweet 2
  • Enam Aplikasi Digital Nelayan Indonesia

    370 bagikan
    Bagikan 155 Tweet 90
  • Kawasan Timur Indonesia Kaya Sumber Daya Ikan

    121 bagikan
    Bagikan 49 Tweet 30
  • Mirip Kerupuk, Harga Gelembung Renang Capai Rp 50 juta per Kilogram

    275 bagikan
    Bagikan 114 Tweet 67
  • Kuda Laut, Ikan yang Dipercaya Dapat Menyembuhkan Berbagai Penyakit

    186 bagikan
    Bagikan 79 Tweet 45
  • Tentang
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Terms of Use
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Email : redaksi@darilaut.id

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

*Dengan mendaftar di situs kami, anda setuju dengan Syarat & Ketentuan and Kebijakan Privasi.
Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk