redaksi@darilaut.id
Senin, 30 Januari 2023
26 °c
Jakarta
28 ° Sab
27 ° Ming
28 ° Sen
27 ° Sel
Dari Laut Indonesia
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil

Home » Berita » Cegah Gagal Panen Rumput Laut, Mahasiswa Undip Ciptakan Alat Penghalau Penyu dan Baronang

Cegah Gagal Panen Rumput Laut, Mahasiswa Undip Ciptakan Alat Penghalau Penyu dan Baronang

redaksi redaksi
19 Desember 2020
Kategori : Berita, Ide & Inovasi
Demplot budidaya rumput laut di Desa Buladu, Kecamatan Sumalata Timur, Gorontalo Utara. FOTO: ISTIMEWA

Demplot budidaya rumput laut di Desa Buladu, Kecamatan Sumalata Timur, Gorontalo Utara. FOTO: ISTIMEWA

Darilaut – Penyu dan ikan baronang diidentifikasi sebagai salah satu penyebab terjadinya gagal panen rumput laut. Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang berhasil menciptakan alat yang dapat menghalau penyu dan baronang.

Dalam laman Undip.ac.id, alat pengusir penyu dan baronang ini bermanfaat untuk mencegah gagal panen budidaya rumput laut di Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah.

Kepulauan Karimunjawa sebagian besar warganya mengandalkan laut sebagai sumber kehidupan. Selain mencari ikan, warga menjadikan budidaya rumput laut sebagai sumber pendapatan, sekaligus usaha yang berkelanjutan.

Dalam kondisi iklim yang ekstrim, pengelolaan rumput laut bisa menjadi kegiatan yang produktif bagi warga. Karena itu, optimalisasi panen menjadi hal yang penting.

Dari pengakuan nelayan yang berkecimpung dalam budidaya rumput laut, mereka sering mengalami gagal panen.

Hasil identifikasi, salah satu penyebab gagal panen rumput laut karena serangan penyu dan ikan baronang. Kedua spesies tersebut dalam konteks budidaya rumput laut dianggap sebagai hama.
Berdasarkan laporan yang ada, serangan penyu dan ikan baronang bisa menyebabkan produksi rumput laut turun sampai 50 persen.

Dalam kondisi harga jual rumput laut yang fluktuatif, penurunan produksi sebesar 50 persen sangat mengganggu pendapatan para nelayan di Karimunjawa.

Selama ini, mereka mendapatkan kendala dalam budidaya rumput laut karena tanaman mereka sering diserang penyu dan ikan baronang.Karena itu, muncul gagasan untuk mengoptimalkan hasil panen menggunakan teknologi yang sederhana.

Tim PKM Undip yang melakukan studi di Karimunjawa kemudian merancang suatu alat yang bisa menghalau penyu dan ikan baronang dari areal budidaya rumput laut. Rancangan tersebut mendapat dukungan dari Kementerian Pendidikan melalui Dirjen Dikti.

Tim beranggotakan Muhammad Syahril Munthe, Izzatun Nuha, Nuraini Elvi Fajrin dan Berlian Ade Wijaya, dibantu dosen pembimbing Prof Dr Aristi Dian Purnama Fitri.

Adapun proses penelitian dan pembuatan alat tersebut didukung pendanaan PKM 5 Bidang Tahun 2020 dari Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Wujud alat ciptaan Tim PKM Undip adalah sebuah kotak yang dilengkapi dengan lampu LED Hijau, speaker, body, dan rangkaian selvolta.

Alat ini bisa memancarkan frekuensi tinggi yang kemudian ditangkap oleh ikan baronang melalui sisiknya. Karena frekuensi tersebut, ikan baronang akan menjauh sampai posisi 3 meter dari areal budidaya rumput laut.

Sementara penyu juga bisa dihalau agar tak mendekat ke areal budidaya rumput laut dengan alat tersebut. Mekanismenya, pancaran warna hijau dari pancaran LED tidak disenangi oleh penyu, sehingga hewan tersebut akan menghindar. Alat tersebut dirancang secara otomatis dan berulang, yakni hidup 15 detik, mati lima detik agar lebih hemat energi.

Proses pembuatan alat dan uji coba sudah dilaksanakan pada rentang waktu 10 Agustus sampai 30 September 2020.

Inovasi dari PKM Undip ini diharapkan mampu meningkatkan hasil budidaya rumput laut di Karimunjawa dengan cara yang ramah lingkungan karena tidak memakai bahan kimia yang bisa menyebabkan polusi perairan laut.

Tags: Budidaya Rumput Lautikan baronangInovasiPenyuUndip
Bagikan5Tweet2KirimKirim

Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia

Berhenti Berlangganan

Related Posts

Peredaran satwa liar jenis burung digagalkan di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, pada Sabtu 28 Januari 2023. FOTO: BB KSDA JAWA TIMUR/KSDAE
Berita

Peredaran Seribu Burung Ilegal Digagalkan di Pelabuhan Tanjung Perak

30 Januari 2023
Paus Bryde jenis Balaenoptera edeni, ditemukan mati terdampar pada Kamis 19 Januari 2023 di Pantai Munggu, Krobokan, Badung, Bali. FOTO: BPSPL DENPASAR/KKP
Berita

Paus Bryde Ditemukan Membusuk di Pantai Badung

30 Januari 2023
Ilustrasi bibit siklon tropis. GAMBAR: ZOOM.EARTH
Berita

4 Bibit Siklon Tropis di Dekat Wilayah Indonesia

29 Januari 2023
Next Post
FOTO: BASARNAS

Peneliti Pola Gerak Hiu yang Hilang Perairan Gili Tepekong Belum Ditemukan

AMSI

Operator Seluler Perlu Dukungan Pemerintah Daerah

Komentar tentang post

REKOMENDASI

16.056 Pulau di Indonesia Sudah Diberi Nama

Dengan Pinisi Orang Makassar Menemukan Benua Australia

Uji Petik Persiapan Angkutan Laut Lebaran 2019

Kapal Dharma Rucitra III Kandas di Dermaga 2 Padangbai

Pantau Tutupan Lahan dan Kapal Laut, Satelit LAPAN-A4 Akan Diluncurkan Akhir 2022

Apa itu Sistem Peringatan Dini?

TERBARU

Peredaran Seribu Burung Ilegal Digagalkan di Pelabuhan Tanjung Perak

Paus Bryde Ditemukan Membusuk di Pantai Badung

4 Bibit Siklon Tropis di Dekat Wilayah Indonesia

Kepala BNPB Ingatkan Banjir dan Longsor di Manado Kejadian Berulang

Tahun 2023 Kemenhub Layani 177 Trayek Angkutan Laut

Pemberitaan Berperspektif Keberagaman Perlu Diperkuat

TERPOPULER

  • Ikan karang Amphiprion ocellaris, Sulawesi, Indonesia (Randall, 1998) dan Amphiprion percula, Papua New Guinea (Allen & Erdmann, 2012) contoh yang mendukung spesiasi alopatrik.

    Teori Spesiasi Geografis Ikan Karang

    27 bagikan
    Bagikan 11 Tweet 7
  • Kuda Laut, Ikan yang Dipercaya Dapat Menyembuhkan Berbagai Penyakit

    231 bagikan
    Bagikan 98 Tweet 56
  • Biogeografi Ikan di Kawasan Segitiga Terumbu Karang

    6 bagikan
    Bagikan 2 Tweet 2
  • Mengapa Orca Tidak Memangsa Manusia di Alam Liar?

    31 bagikan
    Bagikan 13 Tweet 8
  • Pemanasan Laut, Ini Dampak Bagi Ekosistem dan Manusia

    25 bagikan
    Bagikan 10 Tweet 6
  • Enam Aplikasi Digital Nelayan Indonesia

    416 bagikan
    Bagikan 174 Tweet 101
  • Tantangan Teknologi Penangkapan Ikan yang Efektif dan Ramah Lingkungan

    16 bagikan
    Bagikan 15 Tweet 0
  • Tentang
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Terms of Use
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Email : redaksi@darilaut.id

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Pemilu dan Pemilihan
  • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Travel

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

*Dengan mendaftar di situs kami, anda setuju dengan Syarat & Ketentuan and Kebijakan Privasi.
Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk