Jakarta – Ahli kerang mutiara dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado Noldy Gustaf F Mamangkey MSc PhD mengatakan, ekspor mutiara hasil budidaya Indonesia mengalami kenaikan 350 persen.
Pada 2017 volume ekspor 2.100 kilo gram, sedangkan 2018 sebanyak 7.500 kilo gram.
“Berdasarkan data ekspor BPS 2018, terjadi peningkatan volume ekspor mutiara budidaya sebesar lebih dari 350 persen,” kata Gustaf, Rabu (27/3).
Menurut Gustaf, yang paling banyak di ekspor Mutiara Laut Selatan (South Sea Pearls). Selama ini, Indonesia memang dikenal sebagai penghasil utama jenis Mutiara Laut Selatan yang diperoleh dari spesies kerang Pinctada maxima.
Dari data BPS menunjukkan bahwa mutiara memiliki nilai paling tinggi per satuan volume pada bulan Oktober (dan November) di tahun 2018 namun memiliki nilai terendah bulan Juli 2018.
Saat ini, yang paling banyak beredar di dunia mutiara air tawar yang diproduksi China. Mencapai 90 persen dan menguasai semua jenis mutiara utama yang dijual.
Terdapat empat jenis mutiara bulat yang banyak dipasarkan secara global. Pertama, mutiara air tawar diproduksi kerang Hyriopsis cumingii. Kedua, mutiara akoya yang diproduksi kerang Pinctada martensi. Ketiga, mutiara hitam (mutiara Tahiti) yang diproduksi kerang Pinctada margaritfera. Keempat, mutiara Laut Selatan .*
Komentar tentang post