Wakatobi – Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (FPIK-IPB) melakukan kolaborasi pelatihan terumbu karang di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Kegiatan ini dikemas dalam kursus lapangan EMBRIO (Enhancing Marine Biodiversity Research in Indonesia).
Sebanyak 37 Peserta EMBRIO international summer school ini berasal dari Indonesia dan Universitas Victoria Wellington (VUW), Selandia Baru.
Spesialis keanekaragaman hayati dan konservasi laut FPIK IPB, Dr Hawis Madduppa mengatakan, kegiatan EMBRIO international summer school akan berlangsung di dua lokasi, yakni Wakatobi dan Kepulauan Seribu. Kegiatan mulai 18 Agustus hingga 30 Agustus mendatang.
EMBRIO dikoordinasikan oleh FPIK-IPB untuk melakukan kolaborasi pelatihan keanekaragaman hayati laut di Indonesia. Kegiatan ini pertama kali dilakukan pada 2015 lalu. Melalui kursus lapangan ini, diharapkan menumbuhkan kerjasama dan inovasi ilmiah mengenai keanekaragaman hayati laut.
Hawis mengatakan, topik Agustus tahun ini “Terumbu Karang dalam Transisi.” Peserta kegiatan ini akan mendapatkan pembekalan bagaimana pengambilan sampel, pemantauan, dan identifikasi spesies. Dengan menguasai teknik ini, peserta akan memahami bagaimana melakukan merehabilitasi terumbu karang dan penilaian ekosistem.
Selanjutnya, para peserta kursus akan memperoleh gambaran komprehensif tentang keanekaragaman spesies dan interaksi dengan ekosistem terumbu karang. Untuk materi ini, peserta akan mendapatkan gambaran bagaimana inovasi bioteknologi dan pemahaman keanekaragaman hayati laut.
Melalui kursus lapangan ini, peserta mendapatkan pengalaman langsung dalam penelitian ekosistem laut disertai dengan landasan teoritis yang komprehensif. Dengan bekal ini, peserta mendapat pemahaman mengenai perlindungan, rehabilitasi dan keberlanjutan keanekaragaman hayati laut Indonesia.
Untuk kegiatan di Wakatobi, peserta akan memperoleh pembekalan mengenai ekologi dan rehabilitasi terumbu karang, manajemen lamun dan mangrove. Kemudian sosial ekonomi, perikanan dan komunitas lokal.
Di Kepulauan Seribu, peserta mendapatkan pembekalan mengenai karakteristik gangguan di terumbu karang, seperti penyakit, spesies invasif, dampak antropogenik dan lainnya. Selanjutnya, pengkajian data tentang Lamun, terumbu Karang dan Mangrove. Kemudian perbandingan strategi rehabilitasi mangrove dan dampak mikroplastik pada ekosistem pesisir.*
Komentar tentang post