Darilaut – Gelombang panas laut dapat menyebabkan peristiwa cuaca ekstrem. Seperti badai tropis, angin kencang, hujan lebat, banjir dan kejadian lainnya.
Karena emisi gas rumah kaca, periode pemanasan ekstrem yang berkepanjangan di laut dan samudera telah meningkat frekuensinya sebesar 50% dalam 10 tahun terakhir dan menjadi lebih parah.
Gelombang Panas Laut (GPL) atau Marine Heat Waves (MHW) ini mengancam keanekaragaman hayati dan ekosistem laut, membuat cuaca ekstrem lebih mungkin terjadi, dan berdampak negatif pada industri perikanan, akuakultur, dan pariwisata.
Pemerintah harus berinvestasi dalam solusi berbasis alam dan secara ambisius mengurangi emisi berbasis bahan bakar fosil untuk membatasi dampak krisis iklim.
Lebih banyak penelitian, prediksi dan sistem peringatan yang lebih baik, dan langkah-langkah regional untuk membangun ketahanan laut dapat membantu melindungi masyarakat dan ekosistem dari gelombang panas laut.
Menurut Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam atau International Union for Conservation of Nature (IUCN) suhu rata-rata lautan telah meningkat sebesar 1,5°C pada abad terakhir. Selama 10 tahun terakhir suhu rata-rata tahunan laut telah menjadi yang tertinggi yang pernah tercatat.
Selain pemanasan terus-menerus, periode diskret pemanasan laut regional yang ekstrim yang disebut gelombang panas laut menjadi lebih sering.
Komentar tentang post