SUDAH dua tahun Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Pedan Wutun di Flores Timur melakukan pelestarian dan kampanye pelestarian penyu, serta penyelamatan megafauna.
“Dalam dua tahun terakhir kami sudah melakukan beberapa kegiatan pengawasan dan edukasi. Berhasil memindahkan 12 sarang penyu dan melepaskan 789 tukik pada tahun 2018,” kata Ketua Pokmaswas Pedan Wutun, Kristo Kelan Werang, dalam diskusi konservasi dan destructive fishing.
Diskusi ini diselenggarakan tim Ekspedisi Pinisi Bakti Nusa bekerjasama dengan Yayasan Missol Baseftin di atas Kapal Layar Motor (KLM) Pinisi Pusaka Indonesia, saat sandar di Pelabuhan Larantuka, Sabtu (13/4).
Hadir dalam diskusi ini antara lain, BP4D (Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah), Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Flores Timur, Yayasan Misool Baseftin dan Tim Ekspedisi Pinisi Bakti Nusa.
Menurut Kristo, Pokmaswas Pedan Wutun mempunyai rencana jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek, Pokmaswas Pedan Wutun membangun Rumah Edukasi dan Ekowisata Penyu, serta meningkatkan promosi dan mengembangkan materi edukasi ekowisata.
Jangka panjang, menjadikan pantai Ritaebang sebagai Rumah Penyu dan sebagai tempat wisata dan edukasi konservasi penyu di Flores.
Dalam berkegiatan, Pokmaswas Pedan Wutun, belum pernah mempeoleh bantuan dari pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat. Sumber dana Pokmaswas Pedan Wutun untuk bantuan fisik berasal dari swadaya anggota, lurah dan Yayasan Misool Baseftin. Untuk bantuan pendampingan, dibantu Dinas Kelautan dan Perikanan Flores Timur.
Komentar tentang post