Orang Rimba yang belum terbiasa untuk pengobatan dengan jadwal obat yang teratur cukup sulit untuk konsisten meminum obat. Inilah yang menyebabkan penyakitnya makin parah dan berujung kematian.
Dengan adanya kasus ini, KKI Warsi — lembaga yang aktif melakukan pendampingan masyarakat adat — bersama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Merangin dan dokter misionaris, melakukan pemeriksaan menyeluruh pada anggota kelompok Minan.
Hasilnya 9 anak positif TBC dan 2 orang kontak erat dan kuat indikasi berpotensi tertular. “Dengan kondisi ini, dilakukan perundingan dengan kelompok, dan dibuat kesepakatan untuk melakukan pengobatan,” kata Astri Manurung, Fasilitator Warsi yang mendampingi Kelompok Minan.
Pengobatan TB Paru mengharuskan adanya keteraturan meminum obat dengan dosis tertentu dan jam yang sama setiap harinya, membutuhkan komitmen dari yang sakit dan juga keluarganya. Butuh waktu yang cukup panjang, sehingga akhirnya ada komitmen untuk meminum obat teratur terhadap 11 pasien TBC.
Fasilitator Warsi yang bertugas di kelompok ini menjadi pengingat untuk mereka meminum obat. Naik turun semangat komunitas dalam menjalankan pengobatan harus terus didampingi dan membantu mereka menjelaskan atas setiap dampak ikutan yang mungkin muncul.
Minan, hanyalah satu dari ribuan Orang Rimba di Provinsi Jambi yang saat ini mengalami kondisi yang memprihatinkan, utamanya Orang Rimba yang tinggal menumpang dalam kebun-kebun sawit warga ataupun perusahaan.
Komentar tentang post