Darilaut – Sejumlah peneliti melakukan riset mengenai praktik cek fakta di Indonesia. Hasil riset ini disampaikan dalam Indonesia Fact Checking Summit (IFCS), awal Mei 2024 di Kota Palembang, Sumatra Selatan yang digagas Aliansi Jurnalis Independen Indonesia (AJI).
Dalam talkshow bertajuk ‘Mencari Praktik Ideal Pemeriksaan Fakta bagi Ruang Redaksi di Era Post Truth‘, tiga narasumber menyampaikan hasil riset mereka.
Nara sumber tersebut, Pandan Yudhapramesti Kaprodi S-1 Jurnalistik Universitas Padjajaran, Purnama Alamsyah dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Anastasya Adriarti akademisi dari Universitas Bakrie.
Hasil riset itu ditanggapi oleh Profesor Masduki dari Universitas Islam Indonesia.
Dalam risetnya, Pandan meneliti praktik redaksi dalam menentukan metode Cek Fakta di Indonesia.
Pandan meneliti tujuh lembaga Cek Fakta, yaitu Mafindo, Tirto.id, Kompas.com, Tempo.co, Liputan6.com, Cekfakta – Suara.com dan AFP periksa fakta.
Salah satu simpulannya adalah sebagian besar konten diambil dari platform Facebook. “Ini karena kerja sama dengan Meta/Fb,” katanya. Selain itu media juga memiliki model otonom dalam menentukan tema konten.
Purnama Alamsyah membagikan temuan risetnya yang berjudul Menelusuri Disinformasi Ruang Gema dalam Pemilihan Presiden di Youtube. Fokus pada Pilpres 2019 dan 2024.