“Hanya saja jika itu bersifat natural maka biasanya perubahan yang disebabkan oleh natural menjadikan struktur komunitas dan ekologinya akan kembali seperti semula,” katanya.
Sangat berbeda jika perubahan tersebut disebabkan oleh aktivitas manusia karena dipastikan tidak akan kembali pada posisi semula. Bahkan, bisa-bisa memunculkan posisi yang lain.
Ada hikmah di balik pandemo Covid-19. Dari aspek biologi atau ekologi, adanya Covid-19 pengelolaan dan pengendalian aktivitas manusia menjadi otomatis.
Hal ini memberikan kesempatan ekosistem untuk pulih kembali. Aktivitas menurun justru menjadikan kondisi lebih baik, seperti Jakarta langit membaik karena aktivitas kendaraan dan pabrik otomatis terhenti.
Menurut Suharsono, strategi pengelolaan keanekaragaman hayati dan ekosistem saat ini menuntut partisipasi aktif dalam penyediaan data informasi untuk pengelolaan daerah konservasi. Untuk itu, dalam upaya meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia di daerah perlu dilakukan diklat terencana dan melalui uji kompetensi.
Dengan demikian, diharapkan ada dorongan pengelolaan mandiri ekosistem pesisir oleh penduduk lokal melalui kerja sama Pemda, NGO dan universitas.
Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB Prof Dr EKS Harini Muntasib, mengatakan, pandemi Covid- 19 dan kekayaan hayati di hutan telah terjadi disrupsi berupa campur tangan dan mengganggu dari sisi ekologi alam. Covid-19 terjadi karena meningkatnya interaksi manusia dengan satwa liar sehingga virus menyebar luas sehingga terjadi pandemi.
Komentar tentang post