Darilaut – Dalam Islam, penentuan awal bulan Hijriah awalnya dilakukan melalui metode rukyat atau pengamatan hilal langsung.
Hal ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW yang artinya berpuasalah jika melihat hilal dan berbukalah jika melihat hilal. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, metode hisab atau perhitungan astronomi mulai digunakan untuk memperkirakan posisi hilal sebelum dilakukan pengamatan.
Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, mengatakan, ilmu astronomi dan ilmu falak berperan penting dalam menentukan posisi hilal secara ilmiah.
Menurut Thomas, astronomi adalah ilmu yang mempelajari benda-benda langit, termasuk pergerakan matahari dan bulan, sedangkan ilmu falak merupakan bagian dari astronomi yang dikaitkan dengan dalil-dalil syariah untuk keperluan ibadah umat Islam.
Penentuan awal bulan Hijriah, terutama Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah, merupakan salah satu hal yang selalu menjadi perhatian umat Islam di seluruh dunia.
Ilmu astronomi dan metode rukyat menjadi dua pendekatan utama dalam penetapan hilal, yang sering kali menimbulkan perbedaan pandangan.
“Dalam menentukan hilal, ilmu astronomi digunakan untuk menghitung posisi bulan, tinggi hilal, serta jarak bulan dari matahari untuk memprediksi apakah hilal dapat teramati atau tidak,” ujar Thomas Senin (24/2).