Kepala PR MLTL BRIN, Sastri Sunarti, menceritakan mengenal karya-karya Pram pada tahun 80-an awal ketika menjadi mahasiswa. Pada saat itu, buku-buku untuk anak daerah karya-karya Pram masih menjadi suatu karya sastra yang elit.
“Kami mendapatkan buku Bumi Manusia itu dari kakak kelas yang baru selesai S2 di UGM. Dan kami ramai-ramai membaca buku itu pada saat itu dan buku itu masih dilarang dibaca,” ujarnya.
”Syukurnya, Hasta Mitra memudahkan kita mendapatkan dan membaca semua karya-karya Pram sampai dicetak ulang kembali.”
Sastri mengatakan pencapaian Pram sebagai sastrawan Indonesia yang telah meninggalkan karya-karya luar biasa.
“Pram tidak hanya dikenang sebagai seorang tokoh sastra yang hebat, tetapi juga pada pemikiran dan karyanya,” kata Sastri.
Ketua HISKI NTB, Syukrina Rahmawati mengatakan setiap novel Pram selalu menjadi wawasan bagaimana Indonesia menghadapi konflik dan serangan balik secara verbal maupun nonverbal, yang tentu saja dengan imajinasinya yang luar biasa.
Kisah-kisah tersebut diselimuti berbagai irama kisah yang lain, seperti romantisme dan kekuatan karakter tokoh-tokoh dalam cerita, kata Syukrina.
Diskusi melalui webinar ini, menjadi magnet luar biasa ketika para pakar membahas secara mendalam semua hal tersebut dari sudut pandang yang berbeda.