Darilaut – Saat ini, pembangunan infrastruktur sungai, misalnya, bendungan menjadi hambatan migrasi bagi Ikan Sidat.
Hal ini dikatakan Kepala Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air (PRLSDA), Organisasi Riset Kebumian dan Maritim (ORKM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Hidayat, dalam sarasehan Masyarakat Limnologi Indonesia (MLI) menyambut Hari Migrasi Ikan Sedunia, akhir Mei lalu.
Menurut Hidayat, kondisi perairan dan lingkungan yang rusak juga menjadi tantangan lain yang perlu mendapat perhatian untuk menjaga kelangsungan hidup ikan migrasi.
Masyarakat Limnologi Indonesia menyoroti habitat ikan sidat dan jalur migrasinya. Ketua Masyarakat Limnologi Indonesia, Luki Subehi, mengharapkan Hari Migrasi Ikan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya keberadaan ikan migrasi dan sungai yang mengalir sebagai ekosistemnya.
Peneliti Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN, Triyanto, menjelaskan Ikan sidat (Anguilla spp.) merupakan ikan katadromous. Ikan ini bermigrasi ke perairan laut untuk bereprodukasi.
Ikan Sidat adalah komoditas yang sangat potensial bagi Indonesia sebagai sumber devisa, penunjang perekonomian masyarakat dan menjadi sumber daya keanekaragaman hayati yang perlu perhatian khusus.
Keberhasilan migrasi Sidat sangat penting. Apalagi saat ini ketersediaan data dan informasi terkait terganggunya jalur migrasi sidat tropis di Indonesia masih sangat terbatas.
Halangan pada jalur migrasi ikan perlu mendapat perhatian dari seluruh elemen masyarakat, karena kelangsungan hidup ikan migrasi menjadi tanggung jawab bersama, ujar Triyanto.
Triyanto mengatakan untuk menjaga keberlangsungan hidup Sidat diperlukan alat tangkap yang sesuai. Benih sidat atau dikenal dengan glass eel harus hidup dalam habitat yang sehat.
Triyanto juga mengingatkan pentingnya konektivitas sungai atau dukungan ekosistem air mengalir (lotic ecosystem) bagi Sidat. Habitat tersebut sebagai sumber makanan, ketersediaan habitat, siklus nutrisi dan sebagai persediaan air.
Peneliti Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air, Rahmi Dina, mengatakan, untuk memantau pola migrasi, pertumbuhan, kelimpahan, dan angka kematian Sidat dapat dilakukan dengan pemasangan tanda identitas (tagging) pada individu ikan tertentu, termasuk pada Sidat.
Metode pemasangan tagging dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Tagging internal dimasukkan ke dalam tubuh, sedangkan eksternal dipasang di luar tubuh.
Dalam tagging tersebut terdapat informasi nomor, lokasi, waktu dan ukuran ikan. Dengan tagging kita dapat memantau pergerakan ikan, sehingga upaya kita untuk menjaga keberlangsungan hidup Sidat dapat tercapai, kata Rahmi.
Sebagai catatan: Masyarakat Limnologi Indonesia merupakan salah satu organisasi perkumpulan pemerhati bidang limnologi (perairan darat). Pada tahun 2023 Masyarakat Limnologi Indonesia menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam menyongsong Pertemuan Ilmiah Tahunan, salah satunya adalah kegiatan Hari Migrasi Ikan Sedunia di Kabupaten Sukabumi.
Komentar tentang post