Darilaut – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menjelaskan tiga hal penting dalam penanganan darurat gempabumi M 5.8 Mamuju yang terjadi pada Rabu (8/6).
Hal yang pertama disampaikan Suharyanto adalah bagaimana meyakinkan masyarakat agar tidak takut berlebihan pascagempabumi kemarin. Berdasarkan fakta di lapangan, sebagian besar masyarakat Mamuju yang memilih tinggal di tenda pengungsian disebabkan faktor trauma dari peristiwa gempabumi M 6.2 yang terjadi pada awal tahun 2021.
Di samping itu, kabar tidak benar terkait gempabumi susulan yang lebih besar beredar luas dari mulut ke mulut di tengah masyarakat.
Saat rapat koordinasi penanganan gempabumi M 5.8 Mamuju di Kantor Gubernur Provinsi Sulawesi Barat, Kamis (9/6) Suharyanto meminta pemerintah daerah setempat bersama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dapat terus memberikan pemahaman yang benar mengenai fakta dari fenomena gempabumi.
Pemerintah Pusat melalui BMKG telah merilis pernyataan bahwa gempabumi M 5.8 Mamuju tidak berpotensi tsunami dan minim gempa susulan. Sehingga bagi masyarakat yang masih mengungsi diharapkan untuk tidak larut dalam kepanikan.
“Mohon disampaikan kepada masyarakat untuk tidak usah panik. Yang masih berada di tempat pengungsian di dataran tinggi agar turun dan kembali ke rumah,” kata Suharyanto.
Komentar tentang post