redaksi@darilaut.id
Minggu, 5 Februari 2023
26 °c
Jakarta
28 ° Sab
27 ° Ming
28 ° Sen
27 ° Sel
Dari Laut Indonesia
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil

Home » Berita » Perilaku Alami dan Unik Tarsius Endemik Togean Terekam Kamera Jebak

Perilaku Alami dan Unik Tarsius Endemik Togean Terekam Kamera Jebak

redaksi redaksi
24 Agustus 2022
Kategori : Berita, Konservasi
Tarsius niemitzi, primata endemik di Kepulauan Togean, Teluk Tomini. FOTO: MYRON SHEKELLE/SCI.NEWS

Tarsius niemitzi, primata endemik di Kepulauan Togean, Teluk Tomini. FOTO: MYRON SHEKELLE/SCI.NEWS

Darilaut – Untuk pertama kalinya, perilaku alami dan unik tarsius endemik di Kepulauan Togean, Teluk Tomini, terekam kamera jebak.

Rekaman ini berasal dari kamera video yang dipasang di kawasan Taman Nasional Kepulauan Togean dan sekitarnya di Sulawesi Tengah.

Dari rekaman video tersebut, terlihat primata ini melompat dari satu dahan ke dahan yang lain.

Rekaman lainnya, terlihat tarsius melakukan vokalisasi, bahkan berinteraksi dengan individu tarsius di kawasan tersebut.

Satwa ini bahkan terlihat beraktivitas di atas tanah, suatu perilaku yang tergolong unik untuk satwa arboreal.

Tarsius yang hidup di Taman Nasional Kepulauan Togean ini dengan nama ilmiah Tarsius niemitzi. Dalam status International Union for Conservation of Nature (IUCN), tarsius ini terancam punah atau endangered. Artinya, berdasarkan IUCN masuk kategori merah.

Misteri Tarsius Togean

Spesies tarsius di Kepulauan Togean memiliki ukuran tubuh yang serupa dengan jenis-jenis tarsius pada umumnya yang ada di pulau Sulawesi. Warna alami mirip dengan Tarsius dentatus dari daratan Sulawesi.

Namun, salah satu karakter unik dari Tarsius niemitzi adalah “nyanyian” duet antara jantan dan betina yang dianggap paling sederhana dari tarsius yang lain. Satu cuitan dari tarsius betina diikuti dengan dua atau tiga cuitan dari jantan.

Satwa ini biasa tinggal di dalam batang pohon yang berongga atau rimbun.

Kepala Balai Taman Nasional Kepulauan Togean, Bustang, mengatakan terekamnya tarsius melalui kamera jebak ini bisa menjadi jendela untuk mengintip perilaku alami satwa tersebut.

Hingga saat ini belum ada penelitian ekologi terhadap spesies ini, sehingga perilaku dan preferensi habitat Tarsius niemitzi masih menjadi misteri.

Diperkirakan tarsius ini tersebar di seluruh Kepulauan Togean kecuali Pulau Una-Una. Namun, masih perlu penelitian lebih lanjut untuk memastikan wilayah distribusi jenis tarsius ini.

Menurut Bustang masih banyak kekayaan hayati di Kepulauan Togean yang belum tersingkap. Sehingga sangat diperlukan penelitian-penelitian di wilayah Taman Nasional Kepulauan Togean.

Selain itu, kata Bustang, kegiatan sosialisasi terhadap masyarakat sekitar kawasan Togean diperlukan untuk meningkatkan wawasan tentang hewan primata tersebut. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat punya kesadaran yang tinggi untuk menjaga dan melestarikan primata yang dilindungi dan terancam punah tersebut.

Kamera Jebak

Kamera jebak yang merekam tarsius ini adalah perangkat yang dipasang oleh Agus Jati, mahasiswa program doktoral dari Universitas Maine, Amerika Serikat.

Agus sedang melakukan penelitian disertasi mengenai Babirusa Togean (Babirusa togeanensis).

Meskipun target utamanya adalah babirusa, kamera jebak tidak pandang bulu dalam mengambil gambar, sehingga satwa apapun yang lewat didepannya akan terekam, termasuk tarsius.

Saat ini, Agus, dibantu oleh staf Balai Taman Nasional Kepulauan Togean dan masyarakat mitra Polhut, masih melanjutkan penelitiannya di Kepulauan Togean untuk mengkaji babirusa, tarsius, dan satwa-satwa lain yang mendiami wilayah tersebut.

Studi Tarsius Togean

Keberadaan tarsius di Kepulauan Togean sendiri telah dilaporkan oleh Nietsch dan Niemitz sejak tahun 1993.

Ketika itu, penduduk Kepulauan Togean familiar dengan satwa yang dalam bahasa lokal disebut tangkasi ini.

Melalui studi genetika, pada tahun 2019 primata mungil ini tercatat sebagai jenis tarsius spesies tersendiri.

Tarsius Niemitz (Tarsius niemitzi) memiliki kulit berpigmen gelap, terutama ekor, dan bulu yang relatif gelap dengan bulu wajah abu-abu gelap, terutama pada spesies dewasa.

Berat tubuhnya untuk betina: 104-110 g, jantan: 125-138 g. Panjang ekor betina: 245-261 mm dan jantan: 246-258 mm.

Spesies ini dideskripsikan oleh Dr Myron Shekelle dari Departemen Antropologi di Western Washington University dan rekan-rekannya dari Amerika Serikat, Australia, dan Indonesia.

Penamaan spesies ini untuk menghormati Dr. Carsten Niemitz, yang dianggap sebagai bapak biologi lapangan tarsius.

Tarsius adalah primata kecil, nokturnal, predator dari keluarga Tarsiidae yang berada di Bumi sejak 45 juta tahun lalu.

Tarsius mulanya bersama keluarga Omomyidae (telah punah) pernah tersebar luas di Asia, Eropa dan Amerika Utara, tetapi saat ini hanya menghuni Asia Tenggara yang terpencil.

Tarsius adalah bentuk peralihan antara lemur dan monyet, berukuran panjang hingga 15 cm (tidak termasuk ekor) dan berat 100-150 g.

Satwa ini memiliki mata yang realtif besar untuk ukuran tubuh mamalia mana pun di Bumi. Mirip burung hantu, tarsius dapat memutar leher 180 derajat penuh di kedua arah.

Kaki disesuaikan untuk lompatan yang tiba-tiba dan kuat, dengan tulang pergelangan kaki yang memanjang. Tarsius dapat melompat 40 kali panjang tubuhnya.

Sumber: Ksdae.menlhk.go.id dan Sci.news

Tags: Taman Nasional Kepulauan TogeanTarsiusTarsius niemitziteluk tominiTogean
Bagikan2Tweet1KirimKirim

Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia

Berhenti Berlangganan

Related Posts

Planet Jupiter dengan menggunakan Teleskop Luar Angkasa Hubble, pada 27 Juni 2019. Pada hari Jumat, 3 Februari 2023, para ilmuwan mengatakan telah menemukan 12 bulan baru di sekitar raksasa gas tersebut, dengan jumlah total menjadi 92. FOTO: NASA, ESA, A. Simon/Goddard Space Flight Center, M.H. Wong/University of California, Berkeley via AP
Berita

Pecahkan Rekor di Tata Surya, Jumlah Bulan Jupiter Menjadi 92

5 Februari 2023
Kapal kargo Jepang, Seiryu, tenggelam di Laut Pedalaman Seto Jepang, Kamis (2/2). FOTO: NHK
Berita

Kapal Kargo Tenggelam di Laut Jepang

5 Februari 2023
Kapal kargo MSC Faith kandas di dekat Pulau Batu Berhenti, Kota Batam, pada Selasa (31/1) malam. FOTO: HUBLA
Berita

Kapal Kargo Muat 6153 Kontainer Kandas di Selat Singapura

5 Februari 2023
Next Post
GAMBAR: PAGASA FILIPINA

Cina Selatan Bersiap Menghadapi Topan Ma-on

Wali Kota Gorontalo Marten Taha dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) membahas pengelolaan sampah di Kota Gorontalo. FOTO: HUMAS PEMKOT GORONTALO

Pemerintah Kota Gorontalo dan KLHK Bahas Pengelolaan Sampah

Komentar tentang post

REKOMENDASI

Penyu Lekang Mati Terdampar di Pulau Santen, Banyuwangi

Masalah Sampah Plastik Jadi Prioritas

Petisi Perlindungan Paus Orca

Setelah Mendarat di Pulau Honshu Siklon Tropis Nanmadol Masuk Pasifik Utara

Menteri Susi: Harga Tinggi, Banyak yang Tergoda Selundupkan Benih Lobster

Koleksi Lebah Raksasa Maluku Utara Ada di Museum Inggris, Belanda, Amerika Serikat

TERBARU

Pecahkan Rekor di Tata Surya, Jumlah Bulan Jupiter Menjadi 92

Kapal Kargo Tenggelam di Laut Jepang

Kapal Kargo Muat 6153 Kontainer Kandas di Selat Singapura

Bibit Siklon Tropis 95S dan 97S Mampu Tingkatkan Potensi Pertumbuhan Awan Hujan

Bibit Siklon Tropis 97S Berkembang di Selatan Bali, 95S di Selatan Jawa

Mata Ikan Tuna Mengandung Omega-3

TERPOPULER

  • Komet C/2022 E3 (ZTF) pada 26 Desember 2022 di Payson, Arizona, Amerika Serikat. Komet ini akan melintas dekat Bumi, termasuk Indonesia, awal Februari 2023. FOTO: CHRIS SCHUR

    Komet Hijau Menghampiri Bumi

    39 bagikan
    Bagikan 16 Tweet 10
  • Penduduk Miskin Gorontalo Bertambah

    9 bagikan
    Bagikan 4 Tweet 2
  • Mengapa Orca Tidak Memangsa Manusia di Alam Liar?

    34 bagikan
    Bagikan 14 Tweet 8
  • Langka, Gerhana Matahari Hybrid Akan Terjadi di Indonesia

    3 bagikan
    Bagikan 1 Tweet 1
  • Pemanasan Laut, Ini Dampak Bagi Ekosistem dan Manusia

    28 bagikan
    Bagikan 11 Tweet 7
  • Kuda Laut, Ikan yang Dipercaya Dapat Menyembuhkan Berbagai Penyakit

    234 bagikan
    Bagikan 99 Tweet 56
  • Teori Spesiasi Geografis Ikan Karang

    29 bagikan
    Bagikan 12 Tweet 7
  • Tentang
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Terms of Use
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Email : redaksi@darilaut.id

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Pemilu dan Pemilihan
  • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Travel

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

*Dengan mendaftar di situs kami, anda setuju dengan Syarat & Ketentuan and Kebijakan Privasi.
Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk