Darilaut – PT Pos Indonesia (Persero) bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta Kementerian Komunikasi dan Informatika menerbitkan Prangko Seri Ikan Hias Endemik Indonesia.
Penerbitan prangko tersebut ditandai dengan penandatanganan Sampul Hari Pertama (SHP) oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono didampingi oleh Pelaksana Tugas Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Kusdiantoro, serta Direktur Utama PT Pos Indonesia (Persero) Faizal Rochmad Djoemadi, Kamis (2/12).
Selain itu dilakukan pengiriman kartu pos secara simbolis oleh Menteri Sakti Wahyu Trenggono.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengucapkan terima kasih kepada PT Pos Indonesia (Persero) karena sudah berhasil mencetak prangko dengan gambar ikan hias endemik Tanah Air.
“Begitu banyaknya jenis ikan hias dan Indonesia juga punya ikan hias endemik. Terima kasih PT Pos Indonesia karena sudah berhasil mencetak beberapa jenis ikan hias, ada empat ikan hias untuk menjadi prangko,” kata Trenggono.
Empat ikan hias endemik Indonesia yang dijadikan prangko, yaitu ikan cupang kepala ular atau betta channoides, ikan cupang alam atau betta imbellis, ikan ringau atau datnioides microlepis dan ikan capungan banggai atau pterapogon kaudemi.
Menteri Trenggono mengatakan, peluncuran prangko bergambar ikan hias endemik Indonesia merupakan upaya pemerintah untuk mempublikasikan kekayaan jenis ikan endemik Tanah Air secara nasional.
“Bagaimana ikan hias menjadi sesuatu yang dapat dipelihara, filosofinya apa, yang membuat generasi muda lebih sadar dan paham. Kembangkan kerja sama dengan seniman, penulis, dan juga pihak-pihak lain yang kompeten,” ujarnya.
Inovasi publikasi ikan hias bisa dijadikan sarana edukasi masyarakat, terutama generasi muda mengenai asal mula ikan hias. Menurut Trenggono, kekayaan jenis ikan di perairan Indonesia harus dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
“Pemanfaatan beragam jenis ikan endemik tentunya memerlukan pengkajian dan riset secara berkesinambungan, sehingga pengelolaan sumber daya dapat dilakukan secara berkelanjutan,” ujarnya.
Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia atau megabiodiversity. Dari 32.400 spesies ikan hias yang ada di dunia, lebih dari 4552 spesies berada di perairan Indonesia.
Kekayaan sumber daya alam Indonesia ini, baik yang berada di perairan tawar maupun laut merupakan sesuatu yang patut dilestarikan, dibanggakan, dan dikenalkan pada dunia.
Tahun ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Balai Riset Budidaya Ikan Hias, Pusat Riset Perikanan, BRSDM mengusulkan kepada Direktorat Jenderal Penyelenggarann Pos dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika agar “Ikan Hias Endemik Indonesia” dapat dijadikan gambar pada prangko.
Proses penerbitan prangko ikan hias endemik Indonesia tersebut cukup panjang.
Pertama, dengan mengidentifikasi untuk menentukan ikan-ikan apa saja yang patut dan pantas dijadikan perangko, kemudian melakukan.
Kedua, seleksi dengan melalui tahapan persidangan dan uji materi.
Ketiga, pemutakhiran fakta yang meliputi peninjauan lokasi, melihat data dukung, penelaahan kelayakan materi prangko dan melakuan proses.
Keempat, menentukan pilihan prangko ikan hias yang seusai, maka terpilihlah 4 (empat) ikan endemik Indonesia yang dijadikan perangko di tahun 2021 yaitu ikan cupang kepala ular, ikan cupang alam, ikan ringau dan ikan capungan banggai.
Ikan Cupang Alam
Ikan cupang alam (Betta imbellis) merupakan ikan yang agresif bila bertemu sesama pejantan dan akan bertarung sampai salah-satunya kalah/mati. Ikan ini bertubuh pipih, serta sirip ventral, anal dan ekornya memanjang pada ikan jantan.
Ikan ini berwarna khas campuran hijau sampai kebiruan dan gemerlap (iridescent) jika terkena cahaya.
Betta imbellis hidup di rawa-rawa banjiran dan perairan yang tergenang (stagnan). Ikan ini mempunyai alat nafas tambahan berupa labirin sehingga mampu hidup di kondisi oksigen yang minim (hipoksia).
Ikan Cupang Kepala Ular
Ikan cupang kepala ular (Betta channoides) memiliki warna coklat sampai coklat kemerahan dengan ceplok warna hitam di tutup insang, sirip ventral, anal dan ekor serta bagian terluar terdapat strip berwarna putih.
Bagian kepala Betta channoides mirip dengan ikan gabus, sehingga disebut snakehead betta. Ikan ini mengerami telurnya di mulut sampai menetas. Habitatnya berada di anak-anak Sungai Mahakam yang berair hitam di sekitar daerah Pampang, Kalimantan Timur.
Betta channoides merupakan ikan endemik daerah tersebut dan saat ini statusnya terancam punah (EN, IUCN Red List, 2020). Ikan ini bernilai ekonomis penting sebagai ikan hias dan berharga tinggi.
Ikan Capungan Banggai
Ikan capungan banggai (Pterapogon kaudemi) merupakan ikan endemik Indonesia yang mendiami perairan sekitar Banggai Kepulauan. Statusnya Perlindungan Terbatas (KKP, 2018) dan hanya boleh ditangkap di luar musim pemijahannya, yaitu selain bulan Februari, Maret, Oktober, dan November.
Ikan ini bermata dan bermulut besar, bergaris hitam di samping tubuhnya yang berwarna tipis keunguan dengan totol-totol putih keunguan disekitar siripnya. Capungan banggai hidup bersimbiosis dengan bulu babi, dan juga kadang dengan anemon sebagai perlindungan dari pemangsa.
Ikan Ringau
Ikan ringau / tiger fish (Datnioides microlepis) merupakan ikan endemik di Asia Tenggara, meliputi Indonesia (Sumatra dan Kalimantan) dan Malaysia. Habitatnya di sungai terutama bagian hulu dan terkadang masuk ke rawa banjiran dan danau.
Ikan ini memiliki tubuh pipih dan meninggi pada punggungnya, berwarna kuning keemasan sampai coklat tua dan mempunyai garis-garis hitam (banded) sebanyak 3-5 buah. Ikan ringau termasuk predator kelas atas yang menyergap mangsanya, seperti ikan, udang dan serangga air.
Komentar tentang post