Darilaut – Rantai dingin makanan (food cold chain) memiliki implikasi serius bagi perubahan iklim dan lingkungan. Emisi dari kehilangan makanan dan limbah karena kurangnya pendinginan berjumlah sekitar 1 gigaton.
Jumlah ini setara karbon dioksida (CO2) pada tahun 2017 – sekitar 2 persen dari total emisi gas rumah kaca global.
Karena itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan agar semua kalangan berinvestasi dalam rantai dingin makanan yang berkelanjutan. Hal ini untuk mengurangi kelaparan, menyediakan mata pencaharian bagi masyarakat, serta beradaptasi dengan perubahan iklim
Ketika kerawanan pangan dan pemanasan global meningkat, pemerintah, mitra pembangunan internasional, dan industri harus berinvestasi dalam rantai dingin makanan yang berkelanjutan, kata PBB Sabtu (12/11) dalam Konferensi Perubahan Iklim ke- 27 di Sharm El-Sheikh, Mesir.
Laporan Rantai Dingin Makanan Berkelanjutan yang disampaikan Program Lingkungan PBB (UNEP) dan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menemukan bahwa rantai dingin makanan sangat penting untuk memenuhi tantangan memberi makan tambahan dua miliar orang pada tahun 2050 dan memanfaatkan ketahanan masyarakat pedesaan, sambil menghindari peningkatan emisi gas rumah kaca.
Laporan ini dikembangkan Cool Coalition yang dipimpin UNEP yang bermitra dengan FAO, Sekretariat Ozon, Program Aksi Ozon UNEP, dan Koalisi Iklim dan Udara Bersih.
Komentar tentang post