Kehadiran harimau di kantor BRIN, menurut Hendra, bukan sekadar kisah viral, melainkan alarm ekologis bahwa hutan kita sedang tidak baik-baik saja.
Satwa liar tidak sedang menyerang manusia, mereka hanya mencari ruang untuk hidup.
“Harimau bukan musuh kita, mereka adalah cermin dari kesehatan hutan,” ujarnya.
”Jika harimau hilang, itu artinya ekosistem kita runtuh. Menjaga harimau berarti menjaga masa depan kita sendiri.”
Apabila satwa liar sekarang muncul di kebun, jalan raya, bahkan hotel, itu bukan perilaku alami, akan tetapi pertanda mereka terpaksa keluar dari hutan untuk bertahan hidup.
Penyebabnya berlapis. Pertama, kata Prof. Hendra, kerusakan habitat akibat pembukaan lahan, pembangunan jalan, dan permukiman membuat ruang hidup mereka semakin sempit.
Ke-2, mereka sering kali mengejar mangsa seperti babi hutan atau monyet ekor panjang yang memang hidup di tepi hutan (habitat edge).
Ke-3, ada kemungkinan satwa tersesat atau mengalami disorientasi spasial atau kehilangan orientasi karena terjebak di lingkungan yang tidak dikenalnya.




