Analisis Ekologis dan Simbolik kolumnis senior Darilaut.id, Dr. Gybert E. Mamuaya
Dua Raksasa Bertemu
Kedatangan paus biru di perairan Botubarani bukan sekadar kabar keajaiban laut. Ini pesan ekologis — sinyal senyap dari samudra yang sedang berubah.
Paus biru (Balaenoptera musculus) dan hiu paus (Rhincodon typus) sama-sama penghuni lapisan produktif laut tropis. Mereka mengikuti arus plankton, mengembara ribuan kilometer, dan bergantung pada keseimbangan termal laut.

Ketika keduanya muncul dalam satu ruang sempit di perairan Botubarani, Teluk Tomini, pertanyaan ilmiahnya segera muncul: apa yang sedang terjadi di perairan kita?
1. Isyarat dari Laut: Nutrien, Arus, dan Perubahan Iklim
Pengamatan oseanografi, Teluk Tomini merupakan ”cekungan semi-tertutup” yang sensitif terhadap perubahan suhu permukaan laut.
Jika arus selatan membawa massa air dingin dari kedalaman, maka plankton — sumber makanan utama paus biru — akan naik ke permukaan.
Fenomena ini disebut upwelling (naiknya air kaya nutrien dari dasar laut).
Beberapa minggu terakhir, suhu permukaan laut di wilayah Tomini memang tercatat menurun 1–2°C dibanding rata-rata.
Penurunan kecil itu cukup untuk memicu blooming plankton di tepi karang Botubarani — surga kecil bagi raksasa laut.
“Paus biru adalah indikator biologis. Jika ia datang, berarti laut sedang hidup,” ujar seorang peneliti biologi laut Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Nuralim Pasisingi.




