KAPAL bercat putih itu memiliki panjang 16 meter. Di samping kapal, terdapat lepa-lepa (perahu kecil).
Inilah kapal penangkap ikan nelayan mandar. Kapal ini dengan tonase kotor (Gross Tonnage, GT) 4 dan 5.
Jumlah lepa-lepa yang ada di kapal sebanyak nelayan yang ada di kapal itu. Perahu ini akan diturunkan bila di suatu perairan terdapat ikan tuna.
Masing-masing nelayan akan menggunakan satu perahu. Untuk menangkap tuna, nelayan ini menggunakan pancing ulur (hand line).
Ahmad Kamal (37 tahun) salah satu nelayan di kapal ikan ini, sudah 17 tahun mengelilingi Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) di Sulawesi.
Sudah menjadi tradisi nelayan mandar, untuk melaut mencari ikan tuna bukan di sekitar perairan kampungnya. Para nelayan ini, berpindah-pindah WPP untuk menangkap tuna.
“Baru di sini (Gorontalo) kami bisa mendapat hasil tangkapan ikan tuna dengan penghasilan Rp 10 juta setiap nelayan,” kata Ahmad, Jumat (22/3) di Pelabuhan Gorontalo. Penghasilan ini, terutama diperoleh setiap bulan di musim ikan tuna.
Kapal ikan yang digunakan Ahmad, sandar di Pelabuhan Gorontalo. Ditempat ini, nelayan menjual ikan tuna hasil tangkapannya kepada pembeli di Gorontalo.
Ikan tuna ini dibeli sesuai dengan harga pasaran dan ukuran berat setiap hasil tangkapan. Hasil tangkapan tuna ini antara lain, madidihang, tuna mata besar dan cakalang.
Komentar tentang post