Darilaut – Dosen dan peneliti senior dari Universitas Negeri Papua (Unipa), Fitryanti Pakiding, Ph.D, menerima penghargaan melalui Program Pew Fellowship Konservasi Kelautan dengan dana hibah sebesar US$ 150.000 (Rp 2,15 miliar).
Pew Charitable Trusts telah mengumumkan Fitryanti akan mempelajari dampak sosial dari intervensi konservasi laut khususnya di Bentang Laut Kepala Burung (The Bird’s Head Seascape) Papua Barat, Indonesia.
Selain Fitryanti, terdapat lima ilmuwan konservasi laut dunia juga akan meneliti di berbagai negara lainnya.
Bentang Laut Kepala Burung di Indonesia adalah salah satu tempat dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia.
Luas kawasan ini lebih dari 5 juta hektar (12,36 juta hektar) wilayah tersebut telah disisihkan untuk kawasan perlindungan laut.
Manfaat ekologi kawasan konservasi laut tersebut telah dipelajari secara ekstensif. Namun, masih kurang memberikan perhatian pada dampak sosial terhadap masyarakat sekitar.
Karena itu, terdapat hambatan dan kemampuan pemerintah dalam merancang serta menerapkan kawasan lindung yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kesehatan laut.
Fitryanti akan menganalisis kumpulan data lebih dari 10.000 rumah tangga yang terletak di Bentang Laut Kepala Burung. Hal ini untuk menilai dampak sosial terhadap masyarakat sekitar.
Temuannya akan menginformasikan desain dan pengelolaan kawasan lindung berbasis sains di Indonesia dan seluruh dunia.
Fitryanti juga akan menyelidiki dampak sosial dan ekonomi dari pandemi Covid-19 untuk menilai potensi kawasan konservasi laut sebagai penyangga masyarakat terhadap gangguan sistemik di masa depan.
Fitryanti akan menggunakan berbagai metode komunikasi, termasuk menerbitkan buku, untuk meningkatkan pemahaman tentang dampak sosial kawasan konservasi laut, di antara para pembuat keputusan dan masyarakat.
Sebelumnya, dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Negeri Papua yang juga peneliti senior Ricardo F. Tapilatu, Ph.D pernah terpilih menjadi Pew Fellows – Konservasi Laut Tahun 2018 mewakili Indonesia.
Fitrianti akademisi Indonesia yang kedua terpilih sebagai Pew Fellows. Dua orang Indonesia juga pernah terpilih sebagai Pew fellows mewakili LSM International.
Fitryanti adalah staf pengajar di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua, program studi Teknologi Hasil Pertanian.
Menyelesaikan S1 di Institut Pertanian Bogor, kemudian melanjutkan program Pascasarjana S2 dan S3 di University of Oklahoma, Amerika.
Sebagai penerima Hibah Fulbright, Fitryanti meraih gelar Ph.D bidang Ekonomi Pertanian di Oklahoma State University. Bidang keahlian teknologi industri pertanian dengan kajian ekonomi dan manajemen industri.
Fitryanti telah melakukan beberapa proyek penelitian, dan telah berkolaborasi dengan memberi masukan kepada pemerintah setempat dan nasional. Selain itu, LSM internasional tentang pembangunan ekonomi dan masalah ketahanan pangan di Papua Barat.
Sejak 2010, pernah menjabat sebagai peneliti utama dalam kemitraan dengan WWF-AS dan ketua tim lapangan yang melakukan survei sosial ekonomi di kawasan konservasi laut di Bentang Laut Kepala Burung.
Mengutip The Jakarta Post, 6 Juni 2014, Fitryanti salah satu dari sembilan pemenang Whitley Awards tahunan pada 2014, yang disebut Green Oscars. Para pemenang adalah pemimpin konservasi di seluruh dunia.
Fitryanti pernah memenangkan penghargaan atas karya melindungi penyu belimbing atau leatherbacks sea turtle (Dermochelys coriacea) yang tersisa di Pasifik.
Shears Foundation melalui Whitley Fund for Nature memberikan hibah sebesar US$58.565 secara bertahap untuk pekerjaan konservasi dan pemberdayaan masyarakat.
Komentar tentang post