Jakarta – Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Rifky Effendi Hardijanto mengatakan, terdapat enam komoditi perikanan yang diharapkan mampu memacu nilai ekspor perikanan Indonesia.
Enam komoditi tersebut, masing-masing udang, tuna, kepiting & rajungan. Kemudian komoditi gurita, rumput laut, serta cakalang & tongkol. Dari enam komoditi tersebut, udang sebagai pilar utama untuk memacu ekspor produk perikanan Indonesia.
Pada periode Januari hingga Oktober 2018, nilai ekspor udang sudah mencapai USD1,5 miliar. Ada pun target ekspor produk perikanan Indonesia tahun 2018 yang ditetapkan mencapai nilai USD5 miliar.
Untuk itu, KKP menggelar Marine and Fisheries Business and Investment Forum dengan tema “Mendorong Ekspor Perikanan Indonesia Melalui Peningkatan Investasi Udang Nasional” di Jakarta, Selasa (11/12).
Menurut Rifky, potensi udang masih besar dan ternyata UPI (Unit Pengolahan Ikan) udang itu baru beroperasi di kisaran 60 persen. Eksportir udang masih kekurangan bahan baku.
Artinya, kata Rifky, yang harus didorong adalah sektor hulu, produsen udangnya. Tambak harus diperbanyak. “Jadi kita dorong intensifikasi dan penggunaan teknologi kolam bioflok udang,” ujarnya.
Industri pertambakan udang Indonesia pernah berjaya di tahun 1980-an. Namun karena berbagai faktor seperti faktor teknis, finansial, politik, dan sebagainya, banyak industri pertambakan udang kemudian mati.
Menurut Rifky, sudah saat mengembalikan kejayaan industri udang di Indonesia dengan pemanfaatan teknologi mulai dari perhitungan tingkat kelangsungan hidup (survival rate/SR), penetasan (hatchery), pembibitan (nursery), hingga pembesaran.
Rifky juga mendorong para investor berinvestasi di sektor pembibitan karena dinilai sangat menguntungkan secara ekonomi. Peningkatan nilai udang dari benur hingga menjadi bibit udang yang siap dibesarkan sangatlah besar atau berkali-kali lipat.
“Makanya Kementerian Kelautan dan Perikanan merencanakan program tambahan ekspor USD1 miliar komoditi udang dalam 3 tahun ke depan, di 2021. Dan ini kuncinya adalah bagaimana kita bisa mendorong produksi di hulu, mulai dari hatchery, nursery, dan pembesaran,” katanya.
Adapun di sektor hatchery, Rifky mengatakan, perlu keterlibatan investor-investor yang memiliki pengalaman cukup panjang. Selain investor, perlu pula penataan daerah yang akan difokuskan sebagai sentra pengembangan industri penetasan udang. Sehingga terbentuk klasterisasi yang dapat mempermudah jalur logistik penyiapan rantai benih.*
Komentar tentang post