Jakarta – Sampah yang mengapung di Teluk Jakarta kebanyakan berasal dari daratan. Hal ini mengemuka dalam diskusi yang diselenggarakan Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (ISKINDO), Jumat (7/12) di Jakarta.
“Ini mengindikasikan bahwa kita gagal mengelola sampah di daratan,” kata peneliti sampah plastik ISKINDO AY Fauzan.
Diskusi ini dengan tema “Potensi Gerakan Sosial dan Pendanaan Alternatif dalam Mengatasi Sampah Plastik di Indonesia.”
Penelitian yang sudah dilakukan pada 2016, volume sampah di pulau Pramuka, Kepulauan Seribu mencapai 500m3/bulan.
“Sampah sebanyak itu sebagian besar dihasilkan rumah tangga, kemudian menjadi problem karena ruang untuk kelola sampah di pulau kecil sangat terbatas,” kata Yasser.
Untuk mengatasi hal tersebut, selain teknis dibutuhkan pendekatan sosial kepada masyarakat agar terjadi perubahan paradigma berpikir oleh warga. Perlu kampanye agar masyarakat pulau sadar bahwa laut bukan tempat buang sampah dan laut akan menderita jika terus menjadi tempat pembuangan.
Team leder Clean Up Day Indonesia, Agustina Iskandar mengatakan, potensi gerakan sosial di Indonesia untuk menangani sampah sangat besar. “Aksi gotong royong yang kami lakukan tanggal 15 Septmber 2018 lalu melibatkan 7,6 juta relawan dan berhasil mengumpulkan sampah dalam satu hari aksi serentak di 34 provinsi sebanyak 14.866.803 kg,” kata Agustina.
Komentar tentang post