Darilaut – Saat ini terdapat 5 lokasi kapal yang dioperasikan PT Pelni sebagai tempat isolasi terapung pasien Covid-19. Kelima lokasi tersebut masing-masing Pelabuhan Makassar yang menjadi lokasi isolasi pertama, dengan kapal penumpang KM Umsini.
Disusul dengan 4 lokasi lainnya, yaitu Pelabuhan Bitung dengan kapal KM Tatamailau, Belawan dengan KM Bukit Raya, Pelabuhan Sorong dengan KM Sirimau dan Pelabuhan Jayapura dengan KM Tidar.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut – Kementerian Perhubungan, R Agus H Purnomo mengatakan penggunaan kapal penumpang yang dioperasikan PT Pelni sebagai tempat isolasi terpusat bagi para pasien penderita Covid-19 tanpa gejala/Asimptomatik ini merupakan wujud kolaborasi antara pemerintah pusat, BUMN dan Pemerintah Daerah (Pemda) dalam rangka menangani Pandemi Covid-19 di Indonesia.
Pemerintah berharap dengan adanya kapal penumpang sebagai tempat isolasi apung pasien Covid-19 akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat Indonesia.
Hal ini disampaikan Dirjen Agus dalam Kegiatan Media Relation Direktorat Jendreral Perhubungan Laut yang mengusung tema “Dukungan Transportasi Laut Dalam Penanganan Pandemi Covid-19 Program Penyelenggaraan Kapal sebagai Tempat Isolasi Terpusat”.
Dengan kolaborasi beberapa pihak, Kemenko Perekonomian, Kemenkeu, Kemenkes, BNPB, BUMN, Pemerintah Daerah dan pihak-pihak terkait, kelima Kapal ini memiliki fasilitas isolasi yang cukup memadai seperti tempat tidur, crew kapal, alat kesehatan, APD untuk crew kapal, tenaga kesehatan, tenaga keamanan, konsumsi dan penanganan limbah medis.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Capt Mugen Sartoto mengatakan isolasi terpusat di 4 lokasi lainnya, akan segera dimulai.
“Mudah-mudahan mereka hari Jumat siap menerima pasien pertama. Mulai kemarin dan hari ini sudah mempersiapkan perlengkapan di atas kapal,” ujarnya.
Kementerian Perhubungan masih memberikan kesempatan apabila terdapat daerah lain yang membutuhkan kapal digunakan sebagai isolasi terpusat.
Direktur Utama PT Pelni, Insan Purwarisya L Tobing mengatakan dalam kondisi pandemi, pemerintah berharap pergerakan masyarakat dibatasi dan kebetulan beberapa pemda membatasi memperketat turunnya penumpang di pelabuhan sehingga jumlah penumpang turun drastis menyisakan 20-30 persen. Hal ini dinilai tidak efisien dari kontrak yang ada.
Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto mengatakan situasi Makassar yang cukup mengkhawatirkan adalah cluster rumah yang diawali oleh cluster perjalanan. Tak sedikit masyarakat yang ditemukan meninggal dunia saat tengah menjalani isolasi di rumah.
Oleh karena itu kehadiran isolasi apung ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi para penderita Covid-19 untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Penanganan Covid-19 di Kota Makassar dilakukan dari hulu ke hilir dan diberi nama “Makasar Recover” yang merupakan protokol kedaruratan berbasis smart dan digital di mana isolasi apung menjadi salah satu bagian di dalamnya.
Hal ini dengan tujuan memisahkan yang sehat dengan yang sakit. Agar dapat memutus mata rantai penularan virus.
Komentar tentang post